A.
Perspektif Belajar
Perspektif ketiga menekankan pentingnya
proses belajar untuk membantu orang (Batson, 1998). Saat anak-anak tumbuh,
mereka diajari untuk berbagi dan saling menolong. Orang belajar menolong
melalui penguatan, efek imbalan dan hukuman karena membantu. Orang juga belajar melalui modeling, mengamati orang lain yang memberi pertolongan.
sumber : so-via.blogspot.com
melalui penguatan, efek imbalan dan hukuman karena membantu. Orang juga belajar melalui modeling, mengamati orang lain yang memberi pertolongan.
·
Penguatan
Studi-studi menunjukkan bahwa anak
cenderung membantu dan berbagi apabila mereka diberi penghargaan atas perilaku prososialnya. Dalam kehidupan
sehari-hari, orang tua dan guru cenderung memberi pujian ketimbang memberi
permen. Riset menunjukkan bahwa beberapa bentuk pujian mungkin lebih efektif
ketimbang bentuk pujian lainnya.
Anak yang menerima pujian disposisional,
yang menegaskan bahwa dirinya memang orang yang suka menolong, lebih besar
kemungkinannya untuk berbagi ketimbang anak yang tidak menerima pujian. Pujian
disposisional tampaknya lebih efektif ketimbang pujian global, mungkin karena
pujian ini mendorong anak untuk memandang dirinya sebagai orang baik yang akan
terus menolong di masa depan.
·
Belajar
Observasional
Melihat model prososial juga bisa jadi penting, seperti ditunjukkan dalam riset
terhadap acara televise anak. Misalnya, dalam sebuah studi anak kelas satu
diperlihatkan beberapa episode berbeda dari acara TV popular tentang anjing
bernama Lassie (Sprafkin, Liebert, & Poulos, 1975). Orang dewas juga dapat
dipengaruhi melalui model, seperti yang ditunjukkan dalam studi donor darah.
Dalam sebuah eksperimen, mahasiswi pertama-tama berbicara dengan wanita yang
ramah (yang sebenarnya adalah asisten periset) sebagai bagian dari studi
interaksi social (Rushton & Campbell, 1977).
Studi-studi tersebut memberikan bukti
yang meyakinkan dari kekuatan penguatan dan modeling dalam membentuk perilaku prososial. Orang mengembangkan
kebiasaan membantu dan mempelajari aturan tentang siapa yang mesti ditolong dan
kapan. Bagi anak-anak, perilaku prososial
mungkin bergantung pada imbalan eksternal dan persetujuan social/ tetapi
semakin dewasa, tindakan membantu mungkin sudah menjadi nilai yang
diinternalisasikan, tan[a harus ada insentif eksternal. Orang akan puas telah
merealisasikan standar mereka sendiri dan merasakan kebahagian saat melakukan
amal yang baik.
B.
Perspektif Pengambilan Keputusan
Dalam banyak situasi, tindakan menolong
mungkin berasal dari proses pengambilan keputusan yang lebih kompleks. Dari
perspektif pengambilan keputusan, tindakan menolong muncul sat individu
memutuskan untuk memberi bantuan dan kemudian mengambil tindakan (Latane &
Darley, 1970). Langkah-langkah dalam keputusan sebagai berikut: seseorang
pertama-tam melihat ada sesuatu yang terjadi dan memutuskan apakah bantuan
perlu diberikan atau tidak. Jika bantuan diperlukan, orang itu akan
mempertimbangkan seberapa besar tanggung jawabnya untuk bertindak. Ketiga,
orang itu mungkin akan mengevaluasi imbalan dan biaya dari tindakan menolong
atau tidak menolong. Teakhir, seseorang harus memutuskan tipe bantuan apa yang
dibutuhkan dan bagaimana cara memberikannya.
·
Melihat Kebutuhan
Langkah krusial pertama dalam setiap
tindakan prososial adalah
memerhatikan bahwa asa sesuatu yang sedang terjadi dan menetukan bahwa ada yang
perlu bantuan. Ketidakpastian adalah alasan utama mengapa orang tidak memberi
bantuan. Satu studi menemukan bahwa ketika mahasiswa mendengar ada keadaan
darurat yang jelas, seorang jatuh dari tangga dan menjerit kesakitan, semua
mahasiswa siap segera memberi pertolongan. Dalam kondisi lain, dimana mahasiwa
mendengar keadaan emergensi yang ambigu, suara sesuatu jatuh namun tidak ada
petunjuk verbal bahwa ada korban, pertolongan yang diberikan hanya 3- persen
(Clark & Word, 1972). Riset oleh Shotland dan Huston (1979)
mengidentifikasi lima karakteristik penting yang menyebabkan kita menganggap
ada keadaan bahaya.
1.
Sesuatu terjadi
secara mendadak dan tak terduga.
2.
Ada ancaman
bahaya yang jelas terhadap korban.
3.
Bahaya terhadap
korban mungkin meningkat kecuali ada orang yang menolong.
4.
Korban tak
berdaya dan perlu bantuan.
5.
Beberapa
intevensi dimungkinkan.
Interpretasi atas definisi situasi
adalah factor penting yang memengaruhi apakah kita akan memberi bantuan atau
tidak. Shotland dan Straw (1976) menemukan bahwa orang merespons secara berbeda
terhadap suatu kejadian perkelahian, tergantung apakah mereka menganggapnya
sebagai pertakaian antar pacar atau perkelahian antar orang asing.
Dalam pertikaian riil di mana relasi
antar pihak yang bertikai tidak jelas, orang yang melihatna mungkin berasumsi
itu dalah pertikaian sepasang kekasih dan tidak mau turut campur. Meski reaksi
ini patut disayangkan, namun itu berarti bahwa kurangnya tindakan bantuan
disebabkan oleh kekeliruan dalam memahami situasi, bukan karena tidak bersedia
membantu. Persoalan serupa mungkin ada dalam hubungan kita dengan teman dan
kerabat. Jika kita tidak menyadari bahwa ada saudara yang menjalani tes untuk
memeriksa kemungkinan kanker, kita mungkin tidak memberi bantuan atau tidak
memberi dukungan emosional, bukan karena kurang perhatian namun karena kurang
informasi.
·
Mengambil
Tanggung Jawab Personal
Langkah kedua dalam menentukan untuk
memberi bantuan adalah mengambil tanggung jawab personal. Salah satu sebab
mengapa kita cenderung lebih mau menolong anggota keluarga ketimbang orang
asing adalah karena rasa tanggung jawab personal kita yang lebih besar pada
kesejahteraan keluarga kita.
Factor lain yang memengaruhi perasaan
tanggung jawab adalah kompetensi. Kita merasa lebih bertanggung jawab untuk
mengintervensi jika kita punya keterampilan untuk menolong secara efektif.
·
Menimbang Untung
dan Rugi
Perspektif pengambilan keputusan
mengatakan bahwa orang mempertimbangkan keuntungan dan kerugian yang muncul
dari tindakan berpartisipasi, termasuk dalam membantu orang lain (Dovidio,
Piliavin, Gaertner, Schroeder, & Clark, 1991). Seseorang akan bertindak prososial jika dia menganggap
keuntungan (imbalan minus biaya) dari membantu melebihi keuntungan dari
tindakan membantu. Keuntungan dari tindakan membantu juga memengaruhi keputusan
kita. Semakin besar keuntungan yang Anda bayangkan, semakin mungkin Anda
membantu. Semakin pantas seseorang itu dibantu, semakin besar kemungkinan Anda
membantu.
Juga penting untuk mempertimbangkan
konsekuensi dari tindakan memberi bantuan, termasuk kemungkinan kerugiam. Tidak
membantu seseorang mungkiin akan menyebabkan Anda merasa bersalah. Orang lain
mungkin memandang Anda sebagai orang yang tak suka menolong dan citra Anda jadi
buruk. Anda mungkin punya nilai umum yang menyatakan bahwa Anda harus membantu
jika Anda bisa, sehingga tindakan tak menolong berarti Anda tidak
merealisasikan standar etika Anda. Pemikiran-pemikiran semacam ini akan
memengaruhi keputusan Anda.
Beberapa periset telah menguji model ini
dan menemukan hasil yang mendukung (lihat ulasan oleh Dovidio et al., 1991).
Pertimbangan untung rugi jelas memengaruhi tindakan membantu, setidaknya dalam
beberapa situasi tertentu. Di sisi lain, beberapa tindakan altruistic terjadi
dengan cepat dan mungkin secara impulsif. Orang yang segera melompat ke danau
untuk menyelamatkan anak yang tenggelam jelas tidak mempertimbangkan untung
rugi dari tindakannya itu. Tindakan semacam
itu dimotivasi oleh emosi dasar dan nilai yang berkaitan dengan nyawa
manusia dan keberanian personal.
·
Memutuskan Cara
Membantu dan Mengambil Tindakan
Langkah terakhir adalah menentukan tipe bantuan
apa yang perlu diberikan dan kapan mengambil tindakan itu. Dalam situasi
darurat, keputusan sering diambil dalam keadaan yang penuh tekanan, mendesak
dan terkadang menimbulkan bahaya. Penolong yang berniat baik tidak selalu bisa
memberi bantuan atau mungkin salah mengambil tindakan.
Analisos pengambilan keputusan
menggarisbawahi banyak alasan mengapa orang tidak memberi bantuan. Mereka
mungkn tidak mengetahui ada problem atau mungkin menganggap problemnya sepele.
Mereka mungkin menganggap kerugian membantu adalah terlalu besar. Mereka
mungkin ingin membantu tetapi tidak bisa melakukannya. atau mungkin mereka
ragu, terjebak dalam ketidakpastian.
No comments:
Post a Comment