Tuesday, 28 June 2016

Psikologi Sosial : Altruisme dan Perilaku Prososial (2)

A.    Perspektif Belajar
Perspektif ketiga menekankan pentingnya proses belajar untuk membantu orang (Batson, 1998). Saat anak-anak tumbuh, mereka diajari untuk berbagi dan saling menolong. Orang belajar menolong

altruisme

melalui penguatan, efek imbalan dan hukuman karena membantu. Orang juga belajar melalui modeling, mengamati orang lain yang memberi pertolongan.
·         Penguatan
Studi-studi menunjukkan bahwa anak cenderung membantu dan berbagi apabila mereka diberi penghargaan atas perilaku prososialnya. Dalam kehidupan sehari-hari, orang tua dan guru cenderung memberi pujian ketimbang memberi permen. Riset menunjukkan bahwa beberapa bentuk pujian mungkin lebih efektif ketimbang bentuk pujian lainnya.
Anak yang menerima pujian disposisional, yang menegaskan bahwa dirinya memang orang yang suka menolong, lebih besar kemungkinannya untuk berbagi ketimbang anak yang tidak menerima pujian. Pujian disposisional tampaknya lebih efektif ketimbang pujian global, mungkin karena pujian ini mendorong anak untuk memandang dirinya sebagai orang baik yang akan terus menolong di masa depan.
·         Belajar Observasional
Melihat model prososial juga bisa jadi penting, seperti ditunjukkan dalam riset terhadap acara televise anak. Misalnya, dalam sebuah studi anak kelas satu diperlihatkan beberapa episode berbeda dari acara TV popular tentang anjing bernama Lassie (Sprafkin, Liebert, & Poulos, 1975). Orang dewas juga dapat dipengaruhi melalui model, seperti yang ditunjukkan dalam studi donor darah. Dalam sebuah eksperimen, mahasiswi pertama-tama berbicara dengan wanita yang ramah (yang sebenarnya adalah asisten periset) sebagai bagian dari studi interaksi social (Rushton & Campbell, 1977).
Studi-studi tersebut memberikan bukti yang meyakinkan dari kekuatan penguatan dan modeling dalam membentuk perilaku prososial. Orang mengembangkan kebiasaan membantu dan mempelajari aturan tentang siapa yang mesti ditolong dan kapan. Bagi anak-anak, perilaku prososial mungkin bergantung pada imbalan eksternal dan persetujuan social/ tetapi semakin dewasa, tindakan membantu mungkin sudah menjadi nilai yang diinternalisasikan, tan[a harus ada insentif eksternal. Orang akan puas telah merealisasikan standar mereka sendiri dan merasakan kebahagian saat melakukan amal yang baik.
B.     Perspektif Pengambilan Keputusan
Dalam banyak situasi, tindakan menolong mungkin berasal dari proses pengambilan keputusan yang lebih kompleks. Dari perspektif pengambilan keputusan, tindakan menolong muncul sat individu memutuskan untuk memberi bantuan dan kemudian mengambil tindakan (Latane & Darley, 1970). Langkah-langkah dalam keputusan sebagai berikut: seseorang pertama-tam melihat ada sesuatu yang terjadi dan memutuskan apakah bantuan perlu diberikan atau tidak. Jika bantuan diperlukan, orang itu akan mempertimbangkan seberapa besar tanggung jawabnya untuk bertindak. Ketiga, orang itu mungkin akan mengevaluasi imbalan dan biaya dari tindakan menolong atau tidak menolong. Teakhir, seseorang harus memutuskan tipe bantuan apa yang dibutuhkan dan bagaimana cara memberikannya.
·         Melihat Kebutuhan
Langkah krusial pertama dalam setiap tindakan prososial adalah memerhatikan bahwa asa sesuatu yang sedang terjadi dan menetukan bahwa ada yang perlu bantuan. Ketidakpastian adalah alasan utama mengapa orang tidak memberi bantuan. Satu studi menemukan bahwa ketika mahasiswa mendengar ada keadaan darurat yang jelas, seorang jatuh dari tangga dan menjerit kesakitan, semua mahasiswa siap segera memberi pertolongan. Dalam kondisi lain, dimana mahasiwa mendengar keadaan emergensi yang ambigu, suara sesuatu jatuh namun tidak ada petunjuk verbal bahwa ada korban, pertolongan yang diberikan hanya 3- persen (Clark & Word, 1972). Riset oleh Shotland dan Huston (1979) mengidentifikasi lima karakteristik penting yang menyebabkan kita menganggap ada keadaan bahaya.
1.      Sesuatu terjadi secara mendadak dan tak terduga.
2.      Ada ancaman bahaya yang jelas terhadap korban.
3.      Bahaya terhadap korban mungkin meningkat kecuali ada orang yang menolong.
4.      Korban tak berdaya dan perlu bantuan.
5.      Beberapa intevensi dimungkinkan.
Interpretasi atas definisi situasi adalah factor penting yang memengaruhi apakah kita akan memberi bantuan atau tidak. Shotland dan Straw (1976) menemukan bahwa orang merespons secara berbeda terhadap suatu kejadian perkelahian, tergantung apakah mereka menganggapnya sebagai pertakaian antar pacar atau perkelahian antar orang asing.
Dalam pertikaian riil di mana relasi antar pihak yang bertikai tidak jelas, orang yang melihatna mungkin berasumsi itu dalah pertikaian sepasang kekasih dan tidak mau turut campur. Meski reaksi ini patut disayangkan, namun itu berarti bahwa kurangnya tindakan bantuan disebabkan oleh kekeliruan dalam memahami situasi, bukan karena tidak bersedia membantu. Persoalan serupa mungkin ada dalam hubungan kita dengan teman dan kerabat. Jika kita tidak menyadari bahwa ada saudara yang menjalani tes untuk memeriksa kemungkinan kanker, kita mungkin tidak memberi bantuan atau tidak memberi dukungan emosional, bukan karena kurang perhatian namun karena kurang informasi.
·         Mengambil Tanggung Jawab Personal
Langkah kedua dalam menentukan untuk memberi bantuan adalah mengambil tanggung jawab personal. Salah satu sebab mengapa kita cenderung lebih mau menolong anggota keluarga ketimbang orang asing adalah karena rasa tanggung jawab personal kita yang lebih besar pada kesejahteraan keluarga kita.
Factor lain yang memengaruhi perasaan tanggung jawab adalah kompetensi. Kita merasa lebih bertanggung jawab untuk mengintervensi jika kita punya keterampilan untuk menolong secara efektif.
·         Menimbang Untung dan Rugi
Perspektif pengambilan keputusan mengatakan bahwa orang mempertimbangkan keuntungan dan kerugian yang muncul dari tindakan berpartisipasi, termasuk dalam membantu orang lain (Dovidio, Piliavin, Gaertner, Schroeder, & Clark, 1991). Seseorang akan bertindak prososial jika dia menganggap keuntungan (imbalan minus biaya) dari membantu melebihi keuntungan dari tindakan membantu. Keuntungan dari tindakan membantu juga memengaruhi keputusan kita. Semakin besar keuntungan yang Anda bayangkan, semakin mungkin Anda membantu. Semakin pantas seseorang itu dibantu, semakin besar kemungkinan Anda membantu.
Juga penting untuk mempertimbangkan konsekuensi dari tindakan memberi bantuan, termasuk kemungkinan kerugiam. Tidak membantu seseorang mungkiin akan menyebabkan Anda merasa bersalah. Orang lain mungkin memandang Anda sebagai orang yang tak suka menolong dan citra Anda jadi buruk. Anda mungkin punya nilai umum yang menyatakan bahwa Anda harus membantu jika Anda bisa, sehingga tindakan tak menolong berarti Anda tidak merealisasikan standar etika Anda. Pemikiran-pemikiran semacam ini akan memengaruhi keputusan Anda.
Beberapa periset telah menguji model ini dan menemukan hasil yang mendukung (lihat ulasan oleh Dovidio et al., 1991). Pertimbangan untung rugi jelas memengaruhi tindakan membantu, setidaknya dalam beberapa situasi tertentu. Di sisi lain, beberapa tindakan altruistic terjadi dengan cepat dan mungkin secara impulsif. Orang yang segera melompat ke danau untuk menyelamatkan anak yang tenggelam jelas tidak mempertimbangkan untung rugi dari tindakannya itu. Tindakan semacam  itu dimotivasi oleh emosi dasar dan nilai yang berkaitan dengan nyawa manusia dan keberanian personal.
·         Memutuskan Cara Membantu dan Mengambil Tindakan
Langkah terakhir adalah menentukan tipe bantuan apa yang perlu diberikan dan kapan mengambil tindakan itu. Dalam situasi darurat, keputusan sering diambil dalam keadaan yang penuh tekanan, mendesak dan terkadang menimbulkan bahaya. Penolong yang berniat baik tidak selalu bisa memberi bantuan atau mungkin salah mengambil tindakan.

Analisos pengambilan keputusan menggarisbawahi banyak alasan mengapa orang tidak memberi bantuan. Mereka mungkn tidak mengetahui ada problem atau mungkin menganggap problemnya sepele. Mereka mungkin menganggap kerugian membantu adalah terlalu besar. Mereka mungkin ingin membantu tetapi tidak bisa melakukannya. atau mungkin mereka ragu, terjebak dalam ketidakpastian.


Back 

No comments:

Post a Comment