1. DEFINISI KEMAMPUAN KOGNITIF
Kemampuan
kognitif menurut Gage and Berliner adalah
kemampuan intelektual, kemampuan dalam
mengabstrakan atau mengekspresikan, memecahkan
masalah dan belajar.
Kemampuan kognitif juga menjelaskan bagian dari mengapa beberapa murid di sekolah sepertinya lancar sekali dalam belajar. Sementara itu murid yang lain dengan kelas yang sama, dengan buku dan guru yang sama, masih merasa kesulitan. Snyderman dan Rothman (1987) berpendapat bahwa, kemampuan kognitif memiliki aspek yang terdiri dari tiga elemen yaitu :
Kemampuan kognitif juga menjelaskan bagian dari mengapa beberapa murid di sekolah sepertinya lancar sekali dalam belajar. Sementara itu murid yang lain dengan kelas yang sama, dengan buku dan guru yang sama, masih merasa kesulitan. Snyderman dan Rothman (1987) berpendapat bahwa, kemampuan kognitif memiliki aspek yang terdiri dari tiga elemen yaitu :
·
Kemampuan
yang berhubungan dengan keabstrakan (ide, simbol, hubungan, konsep, prinsip)
·
Kemampuan
dalam memecahkan masalah
·
Kemampuan
dalam pembelajaran
1. METODE PENGUKURAN KEMAMPUAN KOGNITIF
Metode pengukuran
cognitive ability menggunakan pertanyaan-pertanyaan. Dengan
menyusun pertanyaan-pertanyaan yang mempunyai tingkat kesulitan berbeda-beda, sesuai
dengan pengelompokannya. Dengan
menggunakan alat test skala pengukuran Standford-Binet. Contoh
alat tes Standford-Binet ini digunakan untuk anak berumur 6 tahun. Seperti
beberapa contoh ini :
Meja terbuat dari kayu : jendela terbuat dari
Burung terbang : ikan
Inchi pendek : mill
Dan beberapa
contoh test lainnya. Sedangkan test untuk umur di atasnya menggunakan
angka. Dengan
cara menjumlah, menambah, mengkali, dll. Seperti
contoh berikut ini :
1,3,7,..,..,..,
2,4,6,10,..,..,
1,5,4,2,8,6,3,..,..,..,..,..,
1. PENGELOLAAN ATAU ORGANISASI KEMAMPUAN
KOGNITIF
Para psikolog percaya bahwa ada general
mental ability atau general intelligence (g). Karena
seluruh test untuk cognitive ability cenderung berkorelasi positive satu
dengan yang lain. Artinya, bahwa orang yang baik pada satu jenis kemampuan
cenderung bagus pada jenis kemampuan yang lain. Kecenderungan untuk saling
berkorelasi itu biasanya positive. Korelasi itu bisa kuat atau lemah, tapi
selalu ada.
Para
peneliti menemukan bahwa tes dari mental ability dapat dikelompokan ke
dalam kelompok-kelompok yang di dalamnya terdapat korelasi yang sangat kuat. Tes
terkait kelompok-kelompok ini dinamakan Group Factors. Contohnya, tes
kosa kata, analogi verbal, reading comprehension, dan masih banyak test
yang mengandalkan bahasa yang sangat berkorelasi satu dengan yang lain.
Para
peneliti telah secara konsisten mengidentifikasi tentang groups factors dan membaginya mejad
tiga, yaitu verbal, numeric, dan spatial.
Kita
pasti bisa berpikir dari tiap group factors sebagai specific ability—jenis
kemampuan kognitif yang berbeda ; ingat bahwa nilai yang didapat murid di tiap
area biasanya berkorelasi positif. Meskipun berkorelasi positif tapi tidak
selalu tinggi dengan area lainnya.
Penelitian paling
komperhensif tentang pengelolaan aspek kemampuan kognitif yaitu penelitian yang
dilakukan Carrol yang berjudul “Human Cognitive Abilities”. Carrol
menunjukkan secara statistic tentang apa yang disebut Factor Analysis
dalam 468 set dari hubungan yang menarik yang mucul dalam beberapa
decade/dasawarsa (berdasarkan hitungan statistic dengan komputer). Penelitian
Carrol itu menghasilkan Three-Stratum Theory, dimana ada 3 level/
tingkat generality.
Untuk
mengetahui dimanakah kemampuan kita yang paling dominan tes yang biasa
digunakan adalah tes IQ. Dari hasil tes tersebut kita bisa memposisikan diri
dengan dunia perkuliahan maupun di dunia pekerjaan dimana kita bisa
menyesuaikan dengan kemampuan yang kita miliki untuk hasil yang lebih maksimal.
1. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEMAMPUAN
KOGNITIF
Hereditas dan Lingkungan Mempengaruhi
Kemampuan Kognitif
Secara
potensial anak telah membawa kemungkinan, apakah akan menjadi
kemampuan berfikir setaraf normal, di atas normal, atau di bawah normal. Namun,
potensi ini tidak akan berkembang atau terwujud secara optimal apabila
lingkungan tidak memberi kesempatan untuk berkembang. Oleh karena itu, peranan
lingkungan sangat menentukan perkembangan intelektual anak.
Tanpa faktor
hereditas, tidak ada makanan, udara, pendidikan, atau unsur lingkungan lain
yang akan menunjang pertumbuhan. Dan tanpa lingkungan yang pantas, faktor hereditas akan menjadi lemah.
Pertanyaannya
adalah apakah ada hubungan variasi berat badan secara relatif dari variasi dari
setiap faktor contohnya variasi antara mata dan warna kulit, variasi pada
hereditas membuat semuanya mempunyai perbedan. Untuk berbagai persetujuan yang
telah diinvestigasi seperti hubungan antara nilai tes pada sepasang individu
berbeda pada gen dan lingkungan. Jadi,
linkgungan dan hereditas tidak bisa diukur seberapa besar masing-masingnya.
Contoh, ada dua anak kembar identik, anak pertama dipisahkan dari anak kedua,
dan mereka tidak berhubungan samasekali. Maka seandainya orang tua mereka
mengadopsi anak lagi, dan anak tersebut akan mengikuti sifat ibu angkatnya itu
karena lingkungan rumah tersebut yang membentuk kognitif anak tersebut.
Keturunan
bukanlah salah satu faktor yang paling menentukan kemampuan kognisi seseorang.
Keturunan (heritability) adalah
variasi ratio yang berdasarkan dari kesamaan faktor genetic dibagi dengan
variasi rasio yang berdasarkan gabungan antara faktor gen dan lingkungan. Dan
Perubahan IQ seseorang dapat disebabkan oleh adanya sebab dari nutrisi, faktor
pembelajaran di sekolah.
Ada dua unsur
lingkungan yang sangat penting peranannya dalam mempengaruhi perkembangan
intelek anak, yaitu keluarga dan sekolah.
a.
Keluarga.
Intervensi yang paling penting dilakukan oleh keluarga atau orang tuaadalah
memberikan pengalaman kepada anak dalam berbagai bidang kehidupan sehingga anak
memiliki informasi yang banyak yang merupakan alat bagi anak untuk berpikir.
Cara – cara yang digunakan, misalnya memberikan kesempatan kepada anak untuk
merealisasikan ide – idenya, menghargai ide – ide tersebut, memuaskan dorongan
keingintahuan anak tersebut. Memberikan kesempatan atau pengalaman tersebut
akan menuntut perhatian orang tua.
b.
Sekolah. Sekolah
adalah lembaga formal yang diberi tanggung jawab untuk meningkatkan
perkembangan anak termasuk perkembangan berpikir anak. Dalam hal ini, guru
hendaknya menyadari bahwa perkembangan kognitif anak terletak di tangannya.
Beberapa cara diantaranya adalah sebagai berikut.
a.
Menciptakan
interaksi atau hubungan yang akrab dengan peserta didik. Dengan hubungan yang
akrab tersebut, secara psikologis peserta didik akan merasa aman sehingga
segala masalah yang dialaminya secara bebas dapat dikonsumsikan dengan guru
mereka.
b.
Memberikan
kesempatan kepada para peserta didik untuk berdialog dengan orang – orang yang
ahli dan berpengalaman dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan, sangat menunjang
perkembangan intelektual anak. Membawa para peserta didik ke objek – objek tertentu
seperti objek budaya dan ilmu pengetahuan, sangat menunjang perkembangan
kognitif peserta didik.
c.
Menjaga
dan meningkatkan pertumbuhan fisik anak, baik melalui kegiatan olahraga maupun
menyediakan gizi yang cukup, sangat penting bagi perkembangan berpikir peserta
didik. Sebab jika peserta didik terganggu secara fisik, perkembangan
kognitifnya juga akan terganggu.
Meningkatkan kemampuan berbahasa peserta didik,
baik melalui media cetak maupun dengan menyediakan situasi yang memungkinkan
para peserta didik berpendapat atau mengemukakan ide – idenya. Hal ini sangat
besar pengaruhnya bagi perkembangan kognitif peserta didik.
1. KEMAMPUAN KOGNITIF DAN KESUKSESAN
a. Di Sekolah. Dari hasil sejarah yang
diberikan, kita bisa menyimpulkan bahwa kemampuan kognitif mempunyai hubungan
dengan kesuksesan di sekolah. Ketika kesuksesan diukur dari rata-rata nilai
atau skor pencapaian, akan selalu ada korelasi positif antara keduanya. Masalah
yang terlihat dari hubungan antara kesuksesan dan kemampuan kognitif adalah tes
yang digunakan untuk mengukur kemampuan kognitif relatif terlalu mirip dengan
apa yang diajarkan di sekolah. Selain kemampuan kognitif yang tinggi, ada
beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kesuksesan di sekolah. Seperti
lingkungan rumah dan orang tua Maka tidak menutup kemungkinan apabila ditemukan
siswa yang dari segi bakat nilainya rendah, tapi bisa mendapatkan nilai yang
tinggi di sekolah. Begitupun sebaliknya.
b. Di Pekerjaan. Tak dapat dipungkiri bahwa
kemampuan kognitif dapat mempengaruhi potensi dan kualitas seseorang dalam
bekerja. Kriteria yang dilirik untuk kualifikasi seorang pekerja adalah
kemampuan kognitifnya. Kecenderungan untuk menghasilkan potensi kerja yang baik
tergantung pada seberapa jauh seseorang tersebut mengetahui bidang pekerjaannya.
No comments:
Post a Comment