Sunday, 12 June 2016

Psikologi Pendidikan : Aspek Kognitif

1.      DEFINISI KEMAMPUAN KOGNITIF
Kemampuan kognitif menurut Gage and Berliner adalah kemampuan intelektual, kemampuan dalam mengabstrakan atau mengekspresikan, memecahkan masalah dan belajar.

kognitif

Kemampuan kognitif juga menjelaskan bagian dari mengapa beberapa murid di sekolah sepertinya lancar sekali dalam belajar. Sementara itu murid yang lain dengan kelas yang sama, dengan buku dan guru yang sama, masih merasa kesulitan. Snyderman dan Rothman (1987) berpendapat bahwa, kemampuan kognitif memiliki aspek yang terdiri dari tiga elemen yaitu :
·         Kemampuan yang berhubungan dengan keabstrakan (ide, simbol, hubungan, konsep, prinsip)
·         Kemampuan dalam memecahkan masalah
·         Kemampuan dalam pembelajaran

Estes berpendapat bahwa kemampuan kognitif atau inteligensi diidentifikasikan sebagai perilaku adaptif seseorang yang biasanya dikarakteristikkan oleh beberapa elemen dalam  pemecahan masalah dan diarahkan oleh proses kognitif (proses mental) dan operasionalnya.


1.      METODE PENGUKURAN KEMAMPUAN KOGNITIF
Metode pengukuran cognitive ability menggunakan pertanyaan-pertanyaan. Dengan menyusun pertanyaan-pertanyaan yang mempunyai tingkat kesulitan berbeda-beda, sesuai dengan pengelompokannya. Dengan menggunakan alat test skala pengukuran Standford-Binet. Contoh alat tes Standford-Binet ini digunakan untuk anak berumur 6 tahun. Seperti beberapa contoh ini :
Meja terbuat dari kayu : jendela terbuat dari         
Burung terbang : ikan
Inchi pendek : mill                           
Dan beberapa contoh test lainnya.  Sedangkan test untuk umur di atasnya menggunakan angka. Dengan cara menjumlah, menambah, mengkali, dll. Seperti contoh berikut ini :
1,3,7,..,..,..,
2,4,6,10,..,..,

1,5,4,2,8,6,3,..,..,..,..,..,

1.      PENGELOLAAN ATAU ORGANISASI KEMAMPUAN KOGNITIF
Para psikolog percaya bahwa ada general mental ability atau general intelligence (g). Karena seluruh test untuk cognitive ability cenderung berkorelasi positive satu dengan yang lain. Artinya, bahwa orang yang baik pada satu jenis kemampuan cenderung bagus pada jenis kemampuan yang lain. Kecenderungan untuk saling berkorelasi itu biasanya positive. Korelasi itu bisa kuat atau lemah, tapi selalu ada.
            Para peneliti menemukan bahwa tes dari mental ability dapat dikelompokan ke dalam kelompok-kelompok yang di dalamnya terdapat korelasi yang sangat kuat. Tes terkait kelompok-kelompok ini dinamakan Group Factors. Contohnya, tes kosa kata, analogi verbal, reading comprehension, dan masih banyak test yang mengandalkan bahasa yang sangat berkorelasi satu dengan yang lain.
            Para peneliti telah secara konsisten mengidentifikasi tentang  groups factors dan membaginya mejad tiga, yaitu verbal, numeric, dan spatial.
            Kita pasti bisa berpikir dari tiap group factors sebagai specific ability—jenis kemampuan kognitif yang berbeda ; ingat bahwa nilai yang didapat murid di tiap area biasanya berkorelasi positif. Meskipun berkorelasi positif tapi tidak selalu tinggi dengan area lainnya.
            Penelitian paling komperhensif tentang pengelolaan aspek kemampuan kognitif yaitu penelitian yang dilakukan Carrol yang berjudul “Human Cognitive Abilities”. Carrol menunjukkan secara statistic tentang apa yang disebut Factor Analysis dalam 468 set dari hubungan yang menarik yang mucul dalam beberapa decade/dasawarsa (berdasarkan hitungan statistic dengan komputer). Penelitian Carrol itu menghasilkan Three-Stratum Theory, dimana ada 3 level/ tingkat generality.
            Untuk mengetahui dimanakah kemampuan kita yang paling dominan tes yang biasa digunakan adalah tes IQ. Dari hasil tes tersebut kita bisa memposisikan diri dengan dunia perkuliahan maupun di dunia pekerjaan dimana kita bisa menyesuaikan dengan kemampuan yang kita miliki untuk hasil yang lebih maksimal.

1.      FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEMAMPUAN KOGNITIF
Hereditas dan Lingkungan Mempengaruhi Kemampuan Kognitif
Secara potensial anak telah membawa kemungkinan, apakah akan menjadi kemampuan berfikir setaraf normal, di atas normal, atau di bawah normal. Namun, potensi ini tidak akan berkembang atau terwujud secara optimal apabila lingkungan tidak memberi kesempatan untuk berkembang. Oleh karena itu, peranan lingkungan sangat menentukan perkembangan intelektual anak.
Tanpa faktor hereditas, tidak ada makanan, udara, pendidikan, atau unsur lingkungan lain yang akan menunjang pertumbuhan. Dan tanpa lingkungan yang pantas,  faktor hereditas akan menjadi lemah.
Pertanyaannya adalah apakah ada hubungan variasi berat badan secara relatif dari variasi dari setiap faktor contohnya variasi antara mata dan warna kulit, variasi pada hereditas membuat semuanya mempunyai perbedan. Untuk berbagai persetujuan yang telah diinvestigasi seperti hubungan antara nilai tes pada sepasang individu berbeda pada gen dan lingkungan.  Jadi, linkgungan dan hereditas tidak bisa diukur seberapa besar masing-masingnya. Contoh, ada dua anak kembar identik, anak pertama dipisahkan dari anak kedua, dan mereka tidak berhubungan samasekali. Maka seandainya orang tua mereka mengadopsi anak lagi, dan anak tersebut akan mengikuti sifat ibu angkatnya itu karena lingkungan rumah tersebut yang membentuk kognitif anak tersebut.
Keturunan bukanlah salah satu faktor yang paling menentukan kemampuan kognisi seseorang. Keturunan (heritability) adalah variasi ratio yang berdasarkan dari kesamaan faktor genetic dibagi dengan variasi rasio yang berdasarkan gabungan antara faktor gen dan lingkungan. Dan Perubahan IQ seseorang dapat disebabkan oleh adanya sebab dari nutrisi, faktor pembelajaran di sekolah.
Ada dua unsur lingkungan yang sangat penting peranannya dalam mempengaruhi perkembangan intelek anak, yaitu keluarga dan sekolah.
a.                   Keluarga. Intervensi yang paling penting dilakukan oleh keluarga atau orang tuaadalah memberikan pengalaman kepada anak dalam berbagai bidang kehidupan sehingga anak memiliki informasi yang banyak yang merupakan alat bagi anak untuk berpikir. Cara – cara yang digunakan, misalnya memberikan kesempatan kepada anak untuk merealisasikan ide – idenya, menghargai ide – ide tersebut, memuaskan dorongan keingintahuan anak tersebut. Memberikan kesempatan atau pengalaman tersebut akan menuntut perhatian orang tua.
b.                  Sekolah. Sekolah adalah lembaga formal yang diberi tanggung jawab untuk meningkatkan perkembangan anak termasuk perkembangan berpikir anak. Dalam hal ini, guru hendaknya menyadari bahwa perkembangan kognitif anak terletak di tangannya. Beberapa cara diantaranya adalah sebagai berikut.
a.       Menciptakan interaksi atau hubungan yang akrab dengan peserta didik. Dengan hubungan yang akrab tersebut, secara psikologis peserta didik akan merasa aman sehingga segala masalah yang dialaminya secara bebas dapat dikonsumsikan dengan guru mereka.
b.      Memberikan kesempatan kepada para peserta didik untuk berdialog dengan orang – orang yang ahli dan berpengalaman dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan, sangat menunjang perkembangan intelektual anak. Membawa para peserta didik ke objek – objek tertentu seperti objek budaya dan ilmu pengetahuan, sangat menunjang perkembangan kognitif peserta didik.
c.       Menjaga dan meningkatkan pertumbuhan fisik anak, baik melalui kegiatan olahraga maupun menyediakan gizi yang cukup, sangat penting bagi perkembangan berpikir peserta didik. Sebab jika peserta didik terganggu secara fisik, perkembangan kognitifnya juga akan terganggu.
Meningkatkan kemampuan berbahasa peserta didik, baik melalui media cetak maupun dengan menyediakan situasi yang memungkinkan para peserta didik berpendapat atau mengemukakan ide – idenya. Hal ini sangat besar pengaruhnya bagi perkembangan kognitif peserta didik.

1.      KEMAMPUAN KOGNITIF DAN KESUKSESAN
a.       Di Sekolah. Dari hasil sejarah yang diberikan, kita bisa menyimpulkan bahwa kemampuan kognitif mempunyai hubungan dengan kesuksesan di sekolah. Ketika kesuksesan diukur dari rata-rata nilai atau skor pencapaian, akan selalu ada korelasi positif antara keduanya. Masalah yang terlihat dari hubungan antara kesuksesan dan kemampuan kognitif adalah tes yang digunakan untuk mengukur kemampuan kognitif relatif terlalu mirip dengan apa yang diajarkan di sekolah. Selain kemampuan kognitif yang tinggi, ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kesuksesan di sekolah. Seperti lingkungan rumah dan orang tua Maka tidak menutup kemungkinan apabila ditemukan siswa yang dari segi bakat nilainya rendah, tapi bisa mendapatkan nilai yang tinggi di sekolah. Begitupun sebaliknya.
b.      Di Pekerjaan. Tak dapat dipungkiri bahwa kemampuan kognitif dapat mempengaruhi potensi dan kualitas seseorang dalam bekerja. Kriteria yang dilirik untuk kualifikasi seorang pekerja adalah kemampuan kognitifnya. Kecenderungan untuk menghasilkan potensi kerja yang baik tergantung pada seberapa jauh seseorang tersebut mengetahui bidang pekerjaannya.

No comments:

Post a Comment