LUPA DALAM BELAJAR
a.
PENGERTIAN
Lupa (Forgetting) adalah hilangnya kemampuan untuk menyebutkan
atau memproduksi kembali apa-apa yang sebelumnya telah kita pelajari. Menurut
Gulo (1982) dan Reber (1988) mendefinisikan lupa
sumber : ilawati-apt.com
sebagai ketidak mampuan mengenal atau mengingat sesuatu yang
pernah dipelajari atau dialami.Dengan demikian lupa bukanlah peristiwa hilangnya item informasi dan pengetahuan
dari akal kita. Wittig (1981) juga menyimpulkan berdasarkan penelitiannya,
peristiwa lupa yang dialami
seseorang tidak mungkin dapat diukur secara langsung.Seseorang tidak dapat
mengatakan mengenai hal-hal yang dilupakannya.
b. FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB LUPA DALAM BELAJAR
Lupa yang dialami seseorang dapat
disebabkan oleh faktor-faktor sebagai berikut :
1.
Lupa dapat terjadi jika terjadi
konflik-konflik antara item-item informasi atau materi pelajar yang ada di
sistem memori seseorang.
Gangguan – gangguan yang terjadi dalam memori seseorang ada 2 :
a) Proactive Interference
Gangguan ini terjadi jika item-item atau
materi pelajaran yang lama telah tersimpan dalam subsistem akal permanennya
mengganggu masuknya materi pelajaran baru. Dalam hal ini gangguan seperti ini
terjadi jika seorang siswa mempelajari sebuah materi pelajaran yang sangat
mirip dengan materi pelajaran yang telah dikuasainya dalam waktu yang relatif
pendek. Dalam keadaan demikian materi pelajaran yang baru sulit
untuk diingat dan dengan sangat mudah untuk dilupakan.
b)
Retroactive Interference
Gangguan ini terjadi jika materi pelajaran baru membawa konflik dan gangguan terhadap pemanggilan kembali materi pelajaran yang telah lebih dahulu tersimpan dalam subsistem akal permanennya siswa tersebut.Dalam hal ini materi pelajaran lama akan sangat sulit diingat atau diproduksi kembali (siswa tersebut lupa akan materi pelajaran lama itu).
Gangguan ini terjadi jika materi pelajaran baru membawa konflik dan gangguan terhadap pemanggilan kembali materi pelajaran yang telah lebih dahulu tersimpan dalam subsistem akal permanennya siswa tersebut.Dalam hal ini materi pelajaran lama akan sangat sulit diingat atau diproduksi kembali (siswa tersebut lupa akan materi pelajaran lama itu).
2. Lupa dapat terjadi ketika terjadi tekanan terhadap item
yang telah ada baik sengaja atau tidak. Repression theory (Reber, 1988).
Penekanan ini terjadi karena
beberapa kemungkinan:
§ Karena siswa kurang menyenangi item/materi yang ia terima
sehingga ia dengan sengaja menekannya
hingga ke alam ketidak sadaran.
§ Karena item informasi yang baru secara otomatis menekan
item informasi yang lama yang telah ada (seperti retroaktif).
§ Item informasi yang ada tertekan ke alam bawah sadar
karena lama tidak digunakan.
3. Lupa dapat terjadi karena
perbedaan situasi lingkungan antara waktu belajar dengan waktu
mengingat kembali item tersebut (Anderson, 1990). Contohnya: ketika ank-anak
belajar mengenai nama binatang yang ada dalam gambar seperti jerapah dan kuda
nil, maka anak-anak akan kesulitan untuk mengingat kembali nama hewan tersebut
ketika melihatnya di kebun binatang.
4. Lupa dapat terjadi
karena adanya perubahan sikap dan minat siswa terhadap proses dan situasi
belajar tertentu. Jadi meskipun seorang siswa telah mengikuti proses mengajar
belajar dengan tekun dan serius, tetapi karena sesuatu hal sikap dan minat
siswa tersebut menjadi sebaliknya (seperti karena ketidak senangan kepada guru)
maka materi pelajaran itu akan mudah terlupakan.
5.
Menurut law of disuse (Hilgard dan Bower 1975), lupa dapat
terjadi karena materi pelajaran yang telah dikuasai tidak pernah digunakan atau
dihafalkan siswa. Menurut asumsi sebagian ahli, materi yang diperlakukan
demikian dengan sendirinya akan masuk ke alam bawah sadar atau mungkin juga
bercampur aduk dengan materi pelajaran baru.
6.
Lupa juga dapat disebabkan karena adanya perubahan syaraf dalam otak.
Contohnya pada seseorang yang terserang penyakit tertentu, atau pada mereka
yang kecanduan alcohol atau gegar otak, dapat menyebabkan seseorang kehilangan
item informasi yang ada dalam memorinya secara permanen.
7.
Cue-dependent forgetting adalah
kegagalan dalam mengambil kembali informasi karena kurangnya petunjuk
pengambilan yang efektif (Nairne, 2000).
8
Decay Theory adalah teori ini
menyatakan bahwa item informasi yang hendak diserap telah rusak sebelum
dimasukkan ke dalam memori permanen seseorang. Kerusakan ini biasanya
disebabkan oleh tenggang waktu antara saat diserapnya item informasi dengan
saat proses pengkodean dan transformasi daam memori jangka pendek siswa
tersebut (Anderson, 1990).
Namun demikian, bukan berarti materi yang telah terlupakan itu hilang di memori manusia
namun terlalu lemah untuk dipanggil lagi atau diingat kembali. Ini dapat
dibuktikan jika seseorang telah lama tidak mempelajari materi yang pernah
dipelajari pada masa lalu itu, akan sulit untuk memanggil materi itu, namun
setelah orang tersebut mempelajarinya kembali, akan dapat menguasai dan mengingat
kembali materi itu dalam waktu yang pendek.
c. KIAT MENGATASI LUPA
Kiat terbaik untuk mengurangi lupa adalah
dengan cara meningkatkan daya ingat akal siswa, diantaranya :
1. Overlearning (belajar lebih) yaitu belajar dengan melebihi batas
penguasaan atas materi pelajaran tertentu. Upaya ini dapat dilakukan dengan
belajar lebih dari pada kebiasaan-kebiasaan yang berklaku sehingga dapat
memperkuat penyimpanan terhadap materi pelajaran yang dipelajari.
2. Extra study time (tambahan jam pelajaran) yaitu upaya penambahan alokasi
waktu belajar atau penambahan frekuensi (kekrapan) aktifitas belajar. Sehingga
dapat memperkuat terhadap materi yang dipelajari.
3.
Mnemonic device (muslihat memori) yaitu upaya yang dijadikan alat pengait
mental untuk mamasukkan item-item informasi kedalam sistem akal siswa.
Macam-macam memonic device :
a. Rima (Rhyme) yakni sajak yang dibuat sedemikian rupa yang
isinya terdiri dari atas kata dan istilah. Sajak ini akan lebih baik
pengaruhnya jika diberi not-not sehingga dapat dinyanyikan.
b. Singkatan yakni terdiri atas huruf-huruf awal nama atau
istilah. Misalnya untuk menghafal bacaan idgham bighunnah dalam ilmu tajwid
dengan menggunakan singkatan ”yanmu”.
c. Sistem kata pasak (peg word system) yakni sejenis teknik
mnemonik yang menggunakan komponen-komponen yang sebelumnya telah dikuasai
sebagai pasak (paku) pengait memori baru yang dibentuk berpasangan seperti
panas api.
d. Metode losai (method of loci) yaitu kiat mnemonik yang
menggunakan tempat-tempat khusus dan terkenal sebagai sarana penempatan kota
dan istilah tertentu. Misalnya nama ibu kota Amerika Serikat untuk mengingat
nama presiden pertama negara itu (Gerorge washington)
e. Mengelompokkan kata / istilah tertentu dalam susunan yang
logis.
f.
Jembatan logika yaitu suatu siasat
untuk menyerap, mengolah dan menyiapan informasi penting berupa pokok dalam
penggalian informasi yang telah tersimpan dalam memori. Teknik ini berbentuk
skema atau bagan yang dibentuk sedemikian rupa berdasarkan pokok pikiran dari
suatu gagasan.
g.
Sistem Kata Kunci ( Key word
system ). Kiat ini tergolong baru. Kiat ini mulai dikembangkan pada tahun 1975
oleh dua orang pakar psikologi, raugh dan Atkinson (Barlow, 1985). System ini
berbentuk daftar kata yang terdiri atas unsure-unsur sebagai berikut, (1)
kata-kata asing, (2) kata-kata kunci, (3) arti-arti kata asing tersebut.
h.
Latihan Terbagi (distributed
practice) adalah massed practice (latihan terkumpul) yang sudah tidak dianggapp
efektif karena mendorong siswa melakukan cramming,
yaitu belajar banyak materi secara tergesa-gesa dalam waktu yang singkat.
Dalam melaksanakan distributed practice siswa dapat menggunakan berbagai metode
dan strategi belajar yang lebih efisien.
JENUH DALAM BELAJAR
a. PENGERTIAN JENUH DALAM
BELAJAR
Secara harfiah, arti jenuh ialah padat atau penuh sehingga tidak mampu lagi memuat apa
pun. Selain itu, jenuh juga dapat
berarti jemu atau bosan. Dalam belajar, disamping siswa sering mengalami kelupaan,
ia juga terkadang mengalami peristiwa negatif lainnya yang disebut jenuh belajar yang dalam bahasa psikologi lazim disebut learning plateau
atau plateau (baca: pletou) saja. Peristiwa
jenuh ini kalau dialami seorang
siswa yang sedang dalam proses belajar (kejenuhan belajar) dapat membuat siswa
tersebut merasa telah memubazirkan usahanya.
Kejenuhan dalam belajar ialah rentang waktu tertentu
yang digunakan untuk belajar, tetapi tidak mendatangkan hasil (Reber,
1988).Seorang siswa yang mengalami kejenuhan belajar merasa seakan-akan
pengetahuan dan kecakapan yang diperoleh dari belajar tidak ada kemajuan.Tidak
adanya kemajuan hasil belajar ini pada umumnya tidak berlangsung selamanya,
tetapi dalam rentang waktu tertentu saja, misalnya seminggu.Namun tidak sedikit
siswa yang mengalami rentang waktu yang membawa kejenuhan itu berkali-kali dalam satu periode belajar tertentu.
Seseorang yang sedang dalam
keadaan jenuh sistem akalnya tidak
dapat bekerja sebagaimana yang diharapkan dalam memproses item-item informasi
atau pengalaman baru, sehingga kemajuan belajarnya seakan-akan “jalan di
tempat”. Apabila kemajuan belajar yang jalan ditempat ini kita gambarkan dalam
bentuk kurva, yang akan tampak adalah garis mendatar yang lazim disebut
plateau. Kejenuhan belajar dapat
melanda seseorang yang kehilangan motivasi dan konsolidasi salah satu tingkat
keterampilan tertentu sebelum sampai pada tingkat keterampilan berikutnya.
b. FAKTOR PENYEBAB KEJENUHAN
Kejenuhan belajar dapat melanda seorang individu apabila ia telah
kehilangan motivasi dan kehilangan konsolidasi salah satu tingkat keterampilan
tetentu sebelum siswa tertentu sampai pada tingkat keterampilan berikutnya
(Chaplin, 1972). Selain itu, kejenuhan
juga dapat terjadi karena proses belajar yang telah sampai pada batas kemampuan
jasmaniahnya karena bosan (boring) dan keletihan (fatigue). Namun, penyebab kejenuhan yang paling umum badalah
keletihan yang melanda individu, karena keletihan dapat menjadi penyebab
munculnya perasaan bosan pada individu yang bersangkutan.
Menurut Cross (1974) dalam
bukunya The Psychology of Learning, keletihan dapat dikategorikan menjadi tiga
macam yakni: 1) keletihan indera; 2) keletihan fisik; 3) keletihan mental. Keletihan
fisik dan keletihan indera dalam hal ini mata dan telinga pada umumnya dapat
dikurangi atau dihilangkan lebih mudah setelah beristirahat cukup terutama
tidur nyenyak dan mengkonsumsi makanan dan minuman yang cukup bergizi.
Sebaliknya, keletihan mental tak dapat diatasi dengan cara yang sederhana cara
mengatasi keletihan-keletihan lainnya. Itulah sebabnya, keletihan mental
dipandang sebagai faktor utama penyebab munculnya kejenuhan belajar.
c. KIAT-KIAT MENGATASI KEJENUHAN
DALAM BELAJAR
Dalam mengatasi kejenuhan belajar, hal pertama yang harus dilakukan adalah mengidentifikasi faktor yang menyebabkan kejenuhan
tersebut.Dengan
memahami latar belakang dari kejenuhan, siswa atau guru bisa melakukan tindakan
yang tepat untuk mengusir atau mengatasi
kejenuhan yang dialami. Dengan terselesaikannya masalah kejenuhan ini, diharapkan siswa bisa
belajar dengan baik dan mencapai prestasi belajar yang memuaskan
Kejenuhan belajar yang disebabkan oleh keletihan fisik dan keletihan
indera pada umumnya dapat dikurangi atau dihilangkan dengan cara beristirahat
yang cukup (terutama dengan tidur yang nyenyak dan berkualitas) serta
mengkonsumsi makanan dan minuman yang bergizi. Adapun, kiat-kiat mengatasi
keletihan mental yang menyebabkan munculnya
kejenuhan belajar, diantaranya:
1. Istirahat dan mengkonsumsi makanan dan minuman yang
bergizi dengan takaran yang cukup banyak.
2. Pengubahan atau penjadwalan
kembali jam-jam dari hari-hari belajar yang dianggap lebih memungkinkan siswa
belajar lebih giat.
3. Menata kembali lingkungan belajar meliputi pengubahan
posisi meja tulis, lemari, rak buku, alat-alat perlengkapan belajar dan
sebagainya sampai memungkinkan siswa merasa berada di sebuah kamar baru yang
lebih menyenangkan untuk belajar.
4. Memberi stimulasi baru dan motivasi agar siswa merasa
terdorong untuk belajar lebih giat dari pada sebelumnya.
5.
Membuat kegiatan yang menimbulkan
keaktifan siswa dengan metode belajar yang bervariasi
6.
Melakukan aktivitas rekreasi atau
hiburan untuk merefresh mental yang lelah atau jenuh.
No comments:
Post a Comment