Sunday, 12 June 2016

Psikologi Pendidikan : Lupa dan Kejenuhan dalam belajar

       LUPA DALAM BELAJAR
a.     PENGERTIAN
Lupa (Forgetting) adalah hilangnya kemampuan untuk menyebutkan atau memproduksi kembali apa-apa yang sebelumnya telah kita pelajari. Menurut Gulo (1982) dan Reber (1988) mendefinisikan lupa

lupa dan kejenuhan
sumber : ilawati-apt.com

sebagai ketidak mampuan mengenal atau mengingat sesuatu yang pernah dipelajari atau dialami.Dengan demikian lupa bukanlah peristiwa hilangnya item informasi dan pengetahuan dari akal kita. Wittig (1981) juga menyimpulkan berdasarkan penelitiannya, peristiwa lupa yang dialami seseorang tidak mungkin dapat diukur secara langsung.Seseorang tidak dapat mengatakan mengenai hal-hal yang dilupakannya.

b.    FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB LUPA DALAM BELAJAR
Lupa yang dialami seseorang dapat disebabkan oleh faktor-faktor sebagai berikut
1.      Lupa dapat terjadi jika terjadi konflik-konflik antara item-item informasi atau materi pelajar yang ada di sistem memori seseorang.
Gangguan – gangguan yang terjadi dalam memori seseorang ada 2 :
a)      Proactive Interference
Gangguan ini terjadi jika item-item atau materi pelajaran yang lama telah tersimpan dalam subsistem akal permanennya mengganggu masuknya materi pelajaran baru. Dalam hal ini gangguan seperti ini terjadi jika seorang siswa mempelajari sebuah materi pelajaran yang sangat mirip dengan materi pelajaran yang telah dikuasainya dalam waktu yang relatif pendek. Dalam keadaan demikian materi pelajaran yang baru sulit untuk diingat dan dengan sangat mudah untuk dilupakan.
b)      Retroactive Interference
Gangguan ini terjadi jika materi pelajaran baru membawa konflik dan gangguan terhadap pemanggilan kembali materi pelajaran yang telah lebih dahulu tersimpan dalam subsistem akal permanennya siswa tersebut.Dalam hal ini materi pelajaran lama akan sangat sulit diingat atau diproduksi kembali (siswa tersebut lupa akan materi pelajaran lama itu). 
2.      Lupa dapat terjadi ketika terjadi tekanan terhadap item yang telah ada baik sengaja atau tidak. Repression theory (Reber, 1988).
Penekanan ini terjadi karena beberapa kemungkinan: 
§  Karena siswa kurang menyenangi item/materi yang ia terima sehingga ia dengan  sengaja menekannya hingga ke alam ketidak sadaran.
§  Karena item informasi yang baru secara otomatis menekan item informasi yang lama yang telah ada (seperti retroaktif). 
§  Item informasi yang ada tertekan ke alam bawah sadar karena lama tidak digunakan.
3.      Lupa dapat terjadi karena perbedaan situasi lingkungan antara waktu belajar dengan waktu mengingat kembali item tersebut (Anderson, 1990). Contohnya: ketika ank-anak belajar mengenai nama binatang yang ada dalam gambar seperti jerapah dan kuda nil, maka anak-anak akan kesulitan untuk mengingat kembali nama hewan tersebut ketika melihatnya di kebun binatang.
4.      Lupa dapat terjadi karena adanya perubahan sikap dan minat siswa terhadap proses dan situasi belajar tertentu. Jadi meskipun seorang siswa telah mengikuti proses mengajar belajar dengan tekun dan serius, tetapi karena sesuatu hal sikap dan minat siswa tersebut menjadi sebaliknya (seperti karena ketidak senangan kepada guru) maka materi pelajaran itu akan mudah terlupakan. 
5.      Menurut law of disuse (Hilgard dan Bower 1975), lupa dapat terjadi karena materi pelajaran yang telah dikuasai tidak pernah digunakan atau dihafalkan siswa. Menurut asumsi sebagian ahli, materi yang diperlakukan demikian dengan sendirinya akan masuk ke alam bawah sadar atau mungkin juga bercampur aduk dengan materi pelajaran baru.
6.      Lupa juga dapat disebabkan karena adanya perubahan syaraf dalam otak. Contohnya pada seseorang yang terserang penyakit tertentu, atau pada mereka yang kecanduan alcohol atau gegar otak, dapat menyebabkan seseorang kehilangan item informasi yang ada dalam memorinya secara permanen.
7.      Cue-dependent forgetting adalah kegagalan dalam mengambil kembali informasi karena kurangnya petunjuk pengambilan yang efektif (Nairne, 2000).
8        Decay Theory adalah teori ini menyatakan bahwa item informasi yang hendak diserap telah rusak sebelum dimasukkan ke dalam memori permanen seseorang. Kerusakan ini biasanya disebabkan oleh tenggang waktu antara saat diserapnya item informasi dengan saat proses pengkodean dan transformasi daam memori jangka pendek siswa tersebut (Anderson, 1990).
Namun demikian, bukan berarti materi yang telah terlupakan itu hilang di memori manusia namun terlalu lemah untuk dipanggil lagi atau diingat kembali. Ini dapat dibuktikan jika seseorang telah lama tidak mempelajari materi yang pernah dipelajari pada masa lalu itu, akan sulit untuk memanggil materi itu, namun setelah orang tersebut mempelajarinya kembali, akan dapat menguasai dan mengingat kembali materi itu dalam waktu yang pendek.
c.      KIAT MENGATASI  LUPA
Kiat terbaik untuk mengurangi lupa adalah dengan cara meningkatkan daya ingat akal siswa, diantaranya :
1.      Overlearning (belajar lebih) yaitu belajar dengan melebihi batas penguasaan atas materi pelajaran tertentu. Upaya ini dapat dilakukan dengan belajar lebih dari pada kebiasaan-kebiasaan yang berklaku sehingga dapat memperkuat penyimpanan terhadap materi pelajaran yang dipelajari.
2.      Extra study time (tambahan jam pelajaran) yaitu upaya penambahan alokasi waktu belajar atau penambahan frekuensi (kekrapan) aktifitas belajar. Sehingga dapat memperkuat terhadap materi yang dipelajari. 
3.      Mnemonic device (muslihat memori) yaitu upaya yang dijadikan alat pengait mental untuk mamasukkan item-item informasi kedalam sistem akal siswa.

Macam-macam memonic device :
a.       Rima (Rhyme) yakni sajak yang dibuat sedemikian rupa yang isinya terdiri dari atas kata dan istilah. Sajak ini akan lebih baik pengaruhnya jika diberi not-not sehingga dapat dinyanyikan.
b.      Singkatan yakni terdiri atas huruf-huruf awal nama atau istilah. Misalnya untuk menghafal bacaan idgham bighunnah dalam ilmu tajwid dengan menggunakan singkatan ”yanmu”.
c.       Sistem kata pasak (peg word system) yakni sejenis teknik mnemonik yang menggunakan komponen-komponen yang sebelumnya telah dikuasai sebagai pasak (paku) pengait memori baru yang dibentuk berpasangan seperti panas api.
d.      Metode losai (method of loci) yaitu kiat mnemonik yang menggunakan tempat-tempat khusus dan terkenal sebagai sarana penempatan kota dan istilah tertentu. Misalnya nama ibu kota Amerika Serikat untuk mengingat nama presiden pertama negara itu (Gerorge washington)
e.       Mengelompokkan kata / istilah tertentu dalam susunan yang logis.
f.       Jembatan logika yaitu suatu siasat untuk menyerap, mengolah dan menyiapan informasi penting berupa pokok dalam penggalian informasi yang telah tersimpan dalam memori. Teknik ini berbentuk skema atau bagan yang dibentuk sedemikian rupa berdasarkan pokok pikiran dari suatu gagasan. 
g.      Sistem Kata Kunci ( Key word system ). Kiat ini tergolong baru. Kiat ini mulai dikembangkan pada tahun 1975 oleh dua orang pakar psikologi, raugh dan Atkinson (Barlow, 1985). System ini berbentuk daftar kata yang terdiri atas unsure-unsur sebagai berikut, (1) kata-kata asing, (2) kata-kata kunci, (3) arti-arti kata asing tersebut.

h.      Latihan Terbagi (distributed practice) adalah massed practice  (latihan terkumpul) yang sudah tidak dianggapp efektif karena mendorong siswa melakukan cramming, yaitu belajar banyak materi secara tergesa-gesa dalam waktu yang singkat. Dalam melaksanakan distributed practice siswa dapat menggunakan berbagai metode dan strategi belajar yang lebih efisien.

  JENUH DALAM BELAJAR
a.     PENGERTIAN JENUH DALAM BELAJAR
Secara harfiah, arti jenuh ialah padat atau penuh sehingga tidak mampu lagi memuat apa pun. Selain itu, jenuh juga dapat berarti jemu atau bosan. Dalam belajar, disamping siswa sering mengalami kelupaan, ia juga terkadang mengalami peristiwa negatif lainnya yang disebut jenuh belajar yang dalam bahasa psikologi lazim disebut learning plateau atau plateau (baca: pletou) saja. Peristiwa jenuh ini kalau dialami seorang siswa yang sedang dalam proses belajar (kejenuhan belajar) dapat membuat siswa tersebut merasa telah memubazirkan usahanya.
Kejenuhan dalam belajar ialah rentang waktu tertentu yang digunakan untuk belajar, tetapi tidak mendatangkan hasil (Reber, 1988).Seorang siswa yang mengalami kejenuhan belajar merasa seakan-akan pengetahuan dan kecakapan yang diperoleh dari belajar tidak ada kemajuan.Tidak adanya kemajuan hasil belajar ini pada umumnya tidak berlangsung selamanya, tetapi dalam rentang waktu tertentu saja, misalnya seminggu.Namun tidak sedikit siswa yang mengalami rentang waktu yang membawa kejenuhan itu berkali-kali dalam satu periode belajar tertentu.
Seseorang yang sedang dalam keadaan jenuh sistem akalnya tidak dapat bekerja sebagaimana yang diharapkan dalam memproses item-item informasi atau pengalaman baru, sehingga kemajuan belajarnya seakan-akan “jalan di tempat”. Apabila kemajuan belajar yang jalan ditempat ini kita gambarkan dalam bentuk kurva, yang akan tampak adalah garis mendatar yang lazim disebut plateau. Kejenuhan belajar dapat melanda seseorang yang kehilangan motivasi dan konsolidasi salah satu tingkat keterampilan tertentu sebelum sampai pada tingkat keterampilan berikutnya.

b.    FAKTOR PENYEBAB KEJENUHAN
            Kejenuhan belajar dapat melanda seorang individu apabila ia telah kehilangan motivasi dan kehilangan konsolidasi salah satu tingkat keterampilan tetentu sebelum siswa tertentu sampai pada tingkat keterampilan berikutnya (Chaplin, 1972). Selain itu, kejenuhan juga dapat terjadi karena proses belajar yang telah sampai pada batas kemampuan jasmaniahnya karena bosan (boring) dan keletihan (fatigue). Namun, penyebab kejenuhan yang paling umum badalah keletihan yang melanda individu, karena keletihan dapat menjadi penyebab munculnya perasaan bosan pada individu yang bersangkutan.
            Menurut Cross (1974) dalam bukunya The Psychology of Learning, keletihan dapat dikategorikan menjadi tiga macam yakni: 1) keletihan indera; 2) keletihan fisik; 3) keletihan mental. Keletihan fisik dan keletihan indera dalam hal ini mata dan telinga pada umumnya dapat dikurangi atau dihilangkan lebih mudah setelah beristirahat cukup terutama tidur nyenyak dan mengkonsumsi makanan dan minuman yang cukup bergizi. Sebaliknya, keletihan mental tak dapat diatasi dengan cara yang sederhana cara mengatasi keletihan-keletihan lainnya. Itulah sebabnya, keletihan mental dipandang sebagai faktor utama penyebab munculnya kejenuhan belajar.

c.      KIAT-KIAT MENGATASI KEJENUHAN DALAM BELAJAR
Dalam mengatasi kejenuhan belajar, hal pertama yang harus dilakukan adalah mengidentifikasi faktor yang menyebabkan kejenuhan tersebut.Dengan memahami latar belakang dari kejenuhan, siswa atau guru bisa melakukan tindakan yang tepat untuk mengusir atau mengatasi kejenuhan yang dialami. Dengan terselesaikannya masalah kejenuhan ini, diharapkan siswa bisa belajar dengan baik dan mencapai prestasi belajar yang memuaskan
Kejenuhan belajar yang disebabkan oleh keletihan fisik dan keletihan indera pada umumnya dapat dikurangi atau dihilangkan dengan cara beristirahat yang cukup (terutama dengan tidur yang nyenyak dan berkualitas) serta mengkonsumsi makanan dan minuman yang bergizi. Adapun, kiat-kiat mengatasi keletihan mental yang menyebabkan munculnya kejenuhan belajar, diantaranya: 
1.      Istirahat dan mengkonsumsi makanan dan minuman yang bergizi dengan takaran yang cukup banyak.
2.      Pengubahan atau penjadwalan kembali jam-jam dari hari-hari belajar yang dianggap lebih memungkinkan siswa belajar lebih giat.
3.      Menata kembali lingkungan belajar meliputi pengubahan posisi meja tulis, lemari, rak buku, alat-alat perlengkapan belajar dan sebagainya sampai memungkinkan siswa merasa berada di sebuah kamar baru yang lebih menyenangkan untuk belajar.
4.      Memberi stimulasi baru dan motivasi agar siswa merasa terdorong untuk belajar lebih giat dari pada sebelumnya.
5.      Membuat kegiatan yang menimbulkan keaktifan siswa dengan metode belajar yang bervariasi
6.      Melakukan aktivitas rekreasi atau hiburan untuk merefresh mental yang lelah atau      jenuh.

No comments:

Post a Comment