Sunday, 19 June 2016

Psikologi Pendidikan: Pendidikan Keluarga

PENGERTIAN PENDIDIKAN KELUARGA
Sebelum megetahui tentang arti pendidikan keluarga, kita harus mengetahui terlebih dahulu arti atau pengertian keluarga. Salah satu ilmuwan yang mengkaji mengenai keluarga George Murdock dalam bukunya Social Stucture, menguraikan bahwa keluarga merupakan kelompok sosial yang memiliki karakteristik

pendidikan keluarga


tinggal bersama, terdapat kerja sama ekonomi, dan terjadi proses reproduksi. Keluarga sebagai lembaga sosial terkecil berkembang menjadi lembaga ekonomi, psikologis, pendidikan, pembangunan sosial kemasyarakatan, pembangunan kehidupan beragama yang perlu dijalankannya di dalam arah dan tujuan mencapai keluarga bahagia dan sejahtera. GBHN 1993 memberi petunjuk bahwa:
Pembangunan keluarga sejahtera diarahkan kepada terwujudnya kehidupan keluarga sebagai wahana persemaian nilai-nilai agama dan nilai-nilai luhur budaya bangsa, guna meningkatkan kesejahteraan keluarga dan membina ketahanan keluarga agar mampu mendukung kegiatan pembangunan.
Menurut Berns (2004) , keluarga memiliki lima fungsi dasar yaitu :
1.      Reproduksi. Keluarga memiliki tugas untuk mempertahankan populasi yang ada di masyarakat
2. Sosialisasi/Edukasi. Keluarga menjadi sarana untuk transmisi nilai, keyakinan, sikap, pengetahuan, keterarmpilan, dan teknik dari generasi sebelumnya ke generasi yang lebih muda.
3.  Penugasan peran sosial. Keluarga memberikan identitas padaa para anggotanya seperti ras, etnik, religi, sosial ekonomi, dan peran gender.
4. Dukungan ekonomi. Keluarga menyediakan tempat berlindung, makanan, dan jaminan kehidupan.
5. Dukungan emosi/ pemeliharaan. Keluarga memberikan pengalaman interaksi sosial yang pertama bagi anak. Interaksi yang terjadi bersifat mendalam, mengasuh, daan berdaya tahan sehingga memberikan rasa aman pada anak.
Arti Pendidikan Keluarga adalah pendidikan yang harus dilaksanakan oleh orang tua kepada dirinya sendiri, anggota keluarga yang lain dan kepada anak-anaknya. Pendidikan Keluarga dapat diartikan sebagai tindakan dan upaya yang dilakukan oleh orang tua sebagai pendidik utama dalam bentuk bantuan, bimbingan, penyuluhan, dan pengajaran kepada dirinya sendiri, anggota keluarga lain, dan kepada anak-anaknya, sesuai dengan potensi mereka masing-masing, dengan jalan memberikan pengaruh baik melalui pergaulan  mereka. Sehingga anggota keluarga dan anak yang bersangkutan kelak dapat hidup mandiri dan bertanggung jawab dalam lingkungan masyarakatnya sesuai nilai-nilai budaya dan agama yang berlaku.
2.2 TUJUAN PENDIDIKAN KELUARGA
Dalam tujuan pendidikan biasanya terkandung tiga aspek kehidupan manusia dalam kaitannya dengan kehidupan di dalam lingkungan bermasyarakat, yaitu aspek kehidupan pribadi, moral, sosial. Secara sederhana dapat dikatakan bahhwa tujuan dari pendidikan dalam keluarga ialah anak dan anggota keluarga dapat tumbuh dan berkembang semaksimal mungkin sesuai dengan kemampuannya untk menjadi seseorang yang mandiri dalam masyarakatnya dan menjadi insan yang produktif bagi dirinya sendiri dan lingkunngannya.
Perbuatan mendidik diarahkan pada pencapaian tujuan-tujuan tertentu, yaitu tujuan pendidikan. Dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 1989 dan ditetapkan pada tanggal 27 Maret 1989, tujuan pendidikan nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan , kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.
Tujuan umum dari pendidikan keluarga adalah tercapainya perkembangan yang optimal sesuai dengan potensinya masing-masing. Sedangkan tujuan-tujuan yang khusus adalah:
1.      Pemahaman yang lebih baik tentang diri, lingkungan, dan perkembangannya.
2.      Mampu memilih dan menentukan arah perkembangan dirinya, mengambil keputusan yang tepat bagi diri dan lingkungannya.
3.      Mampu menyesuaikan diri baik dengan dirinya maupun lingkungannya.
4.      Memiliki produktivitas dan kesejahteraan hidup.
2.3 KARAKTERISTIK PENDIDIKAN KELUARGA
            Di dalam pendidikan keluarga setiap anggota keluarga mempunyai peranan masing-masing. Seperti Ibu dan bapak berperan sebagai pendidik dalam keluarga walaupun tidak ada kurikulum khusus tertulis yang mereka buat atau ikuti. Bapak sebagai penanggung jawab keluarga yang mengantarkan anak untuk memasuki lingkungan sekitarnya. Sedangkan ibu sebagai tokoh utama dan pendidik pertama bagi anak-anaknya.
            Peran seorang ayah di dalam keluarga diantaranya sebagai pemilik kekuasaan dasar  dalam keluarga, sebagai pelindung dari ancaman luar, pendidik dari segi rasional, sebagai pemimpin keluarga serta pencari nafkah. Ayah berperan sebagai jalannya rumah tangga dalam keluarga.
Peran seorang ibu dalam keluarga terutama bagi seorang anak adalah sebagaipendidik awal bagi anak-anaknya, sebagai pengatur rumah tangga, sebagai teman hidup bagi suami serta ayah anak-anaknya. Ibu sebagai pendidik anak bertanggungjawab agar anak-anak dibekali oleh kekuatan rohani maupun jasmani dalam menghadapi segala tantangan dan menjadi manusia yang akan berguna bagi bangsa dan Negara.
Karakteristik yang paling menonjol dalam pendidikan keluarga adalah tentang metode modeling. Secara tidak langsung anggota keluarga saling mengidentifikasi anggota keluarga lainnya karena intensnya pertemuan yang terjadi diantara mereka. Tiap-tiap orang tua memiliki kewajiban untuk mendidik anak-anak mereka. Keberhasilan anak dalam pendidikan merupakan keberhasilan pendidikan dalam keluarga. Pendidikan merupakan tanggungjawab keluarga, pemerintah, serta masyarakat.
2.4 ASPEK-ASPEK DALAM PENDIDIKAN KELUARGA
            Di dalam aspek- aspek pendidikan keluarga terdapat jenis-jenis pola asuh orang tua terhadap anak yang dirangkum sebagai berikut:


Psikologi Pendidikan: Pendidikan Keluarga

KESULITAN DAN CARA MENGATASI DALAM PENDIDIKAN KELUARGA
            Di dalam keluarga,, khususnya bagi orang tua akan menganggap anaknya sebagai bagian paling penting dalam hidupnya. Dalam posis tersebut orangtua akan berusaha mencapai kebahagiaan dan kesejahteraan anak. Namun dalam hubungan orangtua dan anak seringkali mengandung perspektif kekuasaan atau kewenangan. Selain terdapat aspek ketanggapan dalam merespon kebutuhan anak, juga terdapat aspek tuntutan yang mencerminkan harapan orangtua terhadap sikap dan perilaku anak. Akhirnya hubungan orangtua anak pun biasanya diwarnai dengan berbagai perbedaan dan konflik. Sumber utama konflik pada umumnya adalah ketidakcocokan antara perspektif anak dan perspektif orangtua.
            Menurut hasil penelitian Padilla-Walker dan Thompson (2005), terdapat empat strategi yang digunakan oleh orangtua ketika menghadapi pesan yang menimbulkan konflik, yakni :
1.      Cocooning, yaitu melindungi anak dari pengaruh masyarakat luas dengan membatasi akses anak terhadap nilai-nilai alternatif atau kemampuan untuk berperilaku yang bertentangan dengan nilai-nilai orangtua. Cocoooning terbagi menjadi dua level yakni reasoned cocooning dan controlled cocooning. Pada reasoned cocooning , orangtua secara persuasif melindungi anak dari pengaruh luar, memperkuat nilai-nilai keluarga pada anak, dan memberikan penjelasan yang logis terhadap nilai-nilai yang ditanamkan. Pada controlled cocooning , orangtua akan memaksa anak untuk disiplin dan patuh, tanpa memberikan penjelasan atau dasar rasional terhadap larangan-larangan yang diberikan.
2.      Pre-arming, orangtua mengantisipasi konflik nilai dan menyiapkan anak untuk menghadapinya guna melawan dunia yang lebih luas.
3.      Compromise, memberikan kesempatan pada anak untuk terpapar konflik, nilai, namun tetap mempertahankan elemen nilai keluarga dan kontrol sebagai orangtua.
4.      Deference, rangtua mengalah demi kebutuhan anak dan menbiarkan anak mengambil keputusan sendiri, meskipun hal tersebut bertentangan dengan nilai-nilai keluarga.
Secara garis besar, konflik orangtua –anak sesungguhnya dapat berfungsi sebagai media penanaman nilai. dapat dikatakan demikian karena dalam menangani konflik dengan anak, orangua berkesempatan mengungkapkan harapan-harapannya atau menyampaikan pesan-pesan moral. 



No comments:

Post a Comment