PENGERTIAN
PENDIDIKAN KELUARGA
Sebelum megetahui tentang arti pendidikan keluarga, kita
harus mengetahui terlebih dahulu arti atau pengertian keluarga. Salah satu
ilmuwan yang mengkaji mengenai keluarga George Murdock dalam bukunya Social Stucture, menguraikan bahwa
keluarga merupakan kelompok sosial yang memiliki karakteristik
tinggal bersama,
terdapat kerja sama ekonomi, dan terjadi proses reproduksi. Keluarga sebagai
lembaga sosial terkecil berkembang menjadi lembaga ekonomi, psikologis,
pendidikan, pembangunan sosial kemasyarakatan, pembangunan kehidupan beragama
yang perlu dijalankannya di dalam arah dan tujuan mencapai keluarga bahagia dan
sejahtera. GBHN 1993 memberi petunjuk bahwa:
Pembangunan keluarga sejahtera diarahkan kepada
terwujudnya kehidupan keluarga sebagai wahana persemaian nilai-nilai agama dan
nilai-nilai luhur budaya bangsa, guna meningkatkan kesejahteraan keluarga dan
membina ketahanan keluarga agar mampu mendukung kegiatan pembangunan.
Menurut Berns (2004) , keluarga memiliki lima fungsi
dasar yaitu :
1.
Reproduksi.
Keluarga memiliki tugas untuk mempertahankan populasi yang ada di masyarakat
2. Sosialisasi/Edukasi. Keluarga menjadi sarana untuk transmisi nilai,
keyakinan, sikap, pengetahuan, keterarmpilan, dan teknik dari generasi
sebelumnya ke generasi yang lebih muda.
3. Penugasan peran sosial. Keluarga memberikan identitas padaa para anggotanya
seperti ras, etnik, religi, sosial ekonomi, dan peran gender.
4. Dukungan ekonomi. Keluarga menyediakan tempat berlindung, makanan, dan
jaminan kehidupan.
5. Dukungan emosi/ pemeliharaan. Keluarga memberikan pengalaman interaksi sosial yang
pertama bagi anak. Interaksi yang terjadi bersifat mendalam, mengasuh, daan
berdaya tahan sehingga memberikan rasa aman pada anak.
Arti
Pendidikan Keluarga
adalah pendidikan yang harus dilaksanakan oleh orang tua
kepada dirinya sendiri, anggota keluarga yang lain dan kepada anak-anaknya. Pendidikan Keluarga dapat diartikan
sebagai tindakan dan upaya yang dilakukan oleh orang tua sebagai pendidik utama
dalam bentuk bantuan, bimbingan, penyuluhan, dan pengajaran kepada dirinya
sendiri, anggota keluarga lain, dan kepada anak-anaknya, sesuai dengan potensi
mereka masing-masing, dengan jalan memberikan pengaruh baik melalui
pergaulan mereka. Sehingga anggota
keluarga dan anak yang bersangkutan kelak dapat hidup mandiri dan bertanggung
jawab dalam lingkungan masyarakatnya sesuai nilai-nilai budaya dan agama yang
berlaku.
2.2
TUJUAN PENDIDIKAN KELUARGA
Dalam tujuan pendidikan biasanya terkandung tiga aspek
kehidupan manusia dalam kaitannya dengan kehidupan di dalam lingkungan
bermasyarakat, yaitu aspek kehidupan pribadi, moral, sosial. Secara sederhana dapat
dikatakan bahhwa tujuan dari pendidikan dalam keluarga ialah anak dan anggota
keluarga dapat tumbuh dan berkembang semaksimal mungkin sesuai dengan
kemampuannya untk menjadi seseorang yang mandiri dalam masyarakatnya dan
menjadi insan yang produktif bagi dirinya sendiri dan lingkunngannya.
Perbuatan mendidik diarahkan pada pencapaian
tujuan-tujuan tertentu, yaitu tujuan pendidikan. Dalam Undang-undang Republik
Indonesia Nomor 2 Tahun 1989 dan ditetapkan pada tanggal 27 Maret 1989, tujuan
pendidikan nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia
Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan
Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan
, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa
tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.
Tujuan
umum dari pendidikan keluarga
adalah tercapainya perkembangan yang optimal sesuai dengan potensinya
masing-masing. Sedangkan tujuan-tujuan yang khusus adalah:
1. Pemahaman yang lebih baik tentang diri, lingkungan, dan perkembangannya.
2.
Mampu
memilih dan menentukan arah perkembangan dirinya, mengambil keputusan yang
tepat bagi diri dan lingkungannya.
3.
Mampu
menyesuaikan diri baik dengan dirinya maupun lingkungannya.
4.
Memiliki
produktivitas dan kesejahteraan hidup.
2.3
KARAKTERISTIK PENDIDIKAN KELUARGA
Di dalam pendidikan
keluarga setiap anggota keluarga mempunyai peranan masing-masing. Seperti
Ibu dan bapak berperan sebagai pendidik dalam keluarga walaupun tidak ada
kurikulum khusus tertulis yang mereka buat atau ikuti. Bapak sebagai penanggung
jawab keluarga yang mengantarkan anak untuk memasuki lingkungan sekitarnya.
Sedangkan ibu sebagai tokoh utama dan pendidik pertama bagi anak-anaknya.
Peran
seorang ayah di dalam keluarga diantaranya sebagai pemilik kekuasaan dasar dalam keluarga, sebagai pelindung dari
ancaman luar, pendidik dari segi rasional, sebagai pemimpin keluarga serta
pencari nafkah. Ayah berperan sebagai jalannya rumah tangga dalam keluarga.
Peran seorang ibu dalam keluarga terutama bagi seorang
anak adalah sebagaipendidik awal bagi anak-anaknya, sebagai pengatur rumah
tangga, sebagai teman hidup bagi suami serta ayah anak-anaknya. Ibu sebagai
pendidik anak bertanggungjawab agar anak-anak dibekali oleh kekuatan rohani
maupun jasmani dalam menghadapi segala tantangan dan menjadi manusia yang akan
berguna bagi bangsa dan Negara.
Karakteristik yang paling menonjol dalam pendidikan keluarga adalah tentang
metode modeling. Secara tidak
langsung anggota keluarga saling mengidentifikasi anggota keluarga lainnya
karena intensnya pertemuan yang terjadi diantara mereka. Tiap-tiap orang tua
memiliki kewajiban untuk mendidik anak-anak mereka. Keberhasilan anak dalam
pendidikan merupakan keberhasilan pendidikan dalam keluarga. Pendidikan
merupakan tanggungjawab keluarga, pemerintah, serta masyarakat.
2.4
ASPEK-ASPEK DALAM PENDIDIKAN KELUARGA
Di dalam aspek-
aspek pendidikan keluarga terdapat jenis-jenis pola asuh orang tua terhadap
anak yang dirangkum sebagai berikut:
KESULITAN
DAN CARA MENGATASI DALAM PENDIDIKAN KELUARGA
Di dalam
keluarga,, khususnya bagi orang tua akan menganggap anaknya sebagai bagian
paling penting dalam hidupnya. Dalam posis tersebut orangtua akan berusaha
mencapai kebahagiaan dan kesejahteraan anak. Namun dalam hubungan orangtua dan
anak seringkali mengandung perspektif kekuasaan atau kewenangan. Selain
terdapat aspek ketanggapan dalam merespon kebutuhan anak, juga terdapat aspek
tuntutan yang mencerminkan harapan orangtua terhadap sikap dan perilaku anak.
Akhirnya hubungan orangtua anak pun biasanya diwarnai dengan berbagai perbedaan
dan konflik. Sumber utama konflik pada umumnya adalah ketidakcocokan antara
perspektif anak dan perspektif orangtua.
Menurut
hasil penelitian Padilla-Walker dan Thompson (2005), terdapat empat strategi
yang digunakan oleh orangtua ketika menghadapi pesan yang menimbulkan konflik,
yakni :
1.
Cocooning,
yaitu melindungi anak dari pengaruh masyarakat luas dengan membatasi akses anak
terhadap nilai-nilai alternatif atau kemampuan untuk berperilaku yang bertentangan
dengan nilai-nilai orangtua. Cocoooning terbagi menjadi dua level yakni reasoned
cocooning dan controlled cocooning. Pada reasoned cocooning , orangtua secara
persuasif melindungi anak dari pengaruh luar, memperkuat nilai-nilai keluarga
pada anak, dan memberikan penjelasan yang logis terhadap nilai-nilai yang
ditanamkan. Pada controlled cocooning , orangtua akan memaksa anak untuk
disiplin dan patuh, tanpa memberikan penjelasan atau dasar rasional terhadap
larangan-larangan yang diberikan.
2.
Pre-arming,
orangtua mengantisipasi konflik nilai dan menyiapkan anak untuk menghadapinya
guna melawan dunia yang lebih luas.
3.
Compromise,
memberikan kesempatan pada anak untuk terpapar konflik, nilai, namun tetap
mempertahankan elemen nilai keluarga dan kontrol sebagai orangtua.
4.
Deference,
rangtua mengalah demi kebutuhan anak dan menbiarkan anak mengambil keputusan
sendiri, meskipun hal tersebut bertentangan dengan nilai-nilai keluarga.
Secara garis besar,
konflik orangtua –anak sesungguhnya dapat berfungsi sebagai media penanaman
nilai. dapat dikatakan demikian karena dalam menangani konflik dengan anak,
orangua berkesempatan mengungkapkan harapan-harapannya atau menyampaikan
pesan-pesan moral.
No comments:
Post a Comment