I.
Faktor-faktor
yang mempengaruhi belajar
Untuk
memahami kegiatan yang disebut “belajar”,
perlu dilakukan analisis untuk menemukan persoalan-persoalan apa yang terlibat
di dalam kegiatan belajar itu. Di
awal telah dikatakan bahwa belajar merupakan
suatu proses. Sebagai suatu proses sudah barang tentu harus ada yang
diproses (masukan
atau input), dan hasil dari pemrosesan (keluaran/output). Jadi dalam hal ini kita dapat menganalisis kegiatan belajar itu dengan pendekatanan analisis sistem. Dengan pendekatan sistem ini, sekaligus kita dapat melihat adanya berbagai faktor yang dapat memengaruhi proses dan hasil belajar. Dengan pendekatan sistem, kegiatan belajar dapat digambarkan sebagai berikut :
Gambar dibawah menunjukkan bahwa masukan mentah (raw
input) merupakan bahan baku yang perlu diolah, dalam hal ini diberi pengalaman belajar tertentu dalam proses belajar-mengajar
(teaching-learning process). Terhadap/di dalam proses belajar-mengajar itu turut berpengaruh pula sejumlah faktor
lingkungan yang merupakan masukan lingkungan (environmental input), dan
berfungsi sejumlah faktor yang sengaja dirancang dan dimanipulasikan
(instrumental input) guna menunjang tercapainya keluaran yang dikehendaki
(output). Berbagai faktor tersebut berinteraksi satu sama lain dalam
menghasilkan keluaran tertentu.atau input), dan hasil dari pemrosesan (keluaran/output). Jadi dalam hal ini kita dapat menganalisis kegiatan belajar itu dengan pendekatanan analisis sistem. Dengan pendekatan sistem ini, sekaligus kita dapat melihat adanya berbagai faktor yang dapat memengaruhi proses dan hasil belajar. Dengan pendekatan sistem, kegiatan belajar dapat digambarkan sebagai berikut :
Di
dalam proses belajar-mengajar di sekolah,
maka yang dimaksud masukan mentah atau raw input adalah siswa sebagai raw input
siswa memiliki karakteristik tertentu, baik fisiologis maupun psikologis.
Mengenai fisiologis ialah bagaimana kondisi fisiknya, panca inderanya, dan
sebaginya. Sedangkan yang menyangkut psikologisnya adalah : minatnya, tingkat
kecerdasannya, bakatnya, motivasinya, kemampuan kognitifnya, dan sebagainya.
Semua ini dapat mempengaruhi bagaimana proses dan hasil belajarnya.
Adapun
faktor-faktor itu, dapat kita bedakan menjadi dua golongan :
a.
Faktor yang ada pada
diri itu sendiri yang kita sebut faktor individual (faktor internal)
b.
Faktor yang ada di luar
individu yang kita sebut faktor sosial (faktor eksternal)
Yang termasuk ke
dalam faktor faktor sosial antara lain faktor keluarga/keadaan rumah tangga,
guru dan cara mengajarnya, alat-lat yang dipergunakan dalam belajar-mengajar,
lingkungan dan kesempatan yang tersedia, dan motivasi sosial. Sedangkan faktor
yang ada pada individu itu sendiri (faktor internal) diantaranya yaitu faktor
psikologis dan fisiologis.
Yang
termasuk instrumental input atau faktor-faktor yang disengaja dirancang dan
dimanipulasikan adalah : kurikulum atau bahan pelajaran, guru yang memberikan
pengajaran, sarana dan fasilitas, serta manajemen yang berlaku di sekolah yang
bersangkutan. Di dalam keseluruhan sistem maka instrumental input merupakan
faktor yang sangat penting pula dan paling menentukan dalam pencapaian
hasil/output yang dikehendaki, akrena instrumental input inilah yang menentukan
bagaimana proses belajar-mengajar
itu akan terjadi di dalam diri si pelajar.
Di
samping itu, masih ada lagi faktor lain yang dapat mempengaruhi proses dan hasil belajar pada setiap
orang dapat diikhtisarkan sebagai berikut :
I.
Faktor-
Faktor Internal Yang Mempengaruhi Belajar
KONDISI
FISIOLOGI
Kondisi
fisiologis pada umumnya sangat berpengaruh terhadap kemampuan belajar seseorang. Orang yang dalam keadaan segar
jasmaninya akan berlainan belajarnya dengan orang yang dalam keadaan kelelahan.
Anak-anak yang kekurangan gizi ternyata kemampuan belajarnya di bawah anak-anak
yang tidak kekurangan gizi; orang yang kekurangan gizi itu lebih cepat lelah,
mudah mengantuk, dan sukar menerima pelajaran. Demikian yang tadi itu merupakan
pendapat Noehi Nasution, dkk. (1993: 6).
Selain
itu, menurut Noehi, hal yang tidak kalah pentingnya adalah kondisi panca indera
(mata, hidung, pengecap, telinga, dan tubuh), terutama mata sebagai alat untuk
melihat dan telinga sebagai alat untuk mendengar. Sebagian besar yang
dipelajari manusia, yang belajar berlangsung dengan membaca, melihat contoh
atau model, melakukan observasi, mengamati hasil-hasil eksperimen, mendengarkan
keterangan guru, mendengarkan ceramah, mendengarkan keterangan orang lain dalam
diskusi dan sebagainya. Karena pentingnya peranan penglihatan dan pendengaran
ini lah maka lingkungan pendidikan rormal orang melakukan penelitian untuk
menemukan bentuk dan cara penggunaan alat peraga yang dapat dilihat dan
didengar.
Aspek
fisologis ini mempengaruhi pengelolaan kelas. Pengajaran dengan pola klasikal
perlu memperhatikan tinggi rendahnya postur tubuh anak didik. Postur tubuh anak
didik yang tinggi sebaiknya di tempatkan di belakang anak didik yang bertubuh
pendek. Hal ini dimaksudkan agar pandangan anak didik yang ke papan tulis tidak
terhalang oleh anak didik yang bertubuh tinggi. Anak didik yang berjenis
kelamin sama ditempatkan pada kelompok anak
didik sejenis. Demikian juga anak didik yang perempuan, dikelompokkan
pada kelompok sejenis. Pola pengelompokan yang demikian ini sangat baik dalam
pandangan moral dan agama. Tetapi yang lebih penting adalah untuk menekan
gejolak nafsu birahi untuk anak didik yang sedang beranjak ke usia remaja, di
mana masa ini termasuk pancaroba, penuh dengan letupan-letupan emosional yang
cenderung tak terkendali.
Tinjauan
fisiologis adalah kebijakan yang pasti tak bisa diabaikan dalam penentuan besar
kecilnya, tinggi rendahnya kursi dan meja sebagai perangkat tempat duduk anak
didik dalam menerima pelajaran dari guru di kelas. Perangklat tempat duduk ini
mempengaruhi kenyamanan dan kemudahan anak didik yang sedang menerima pelajaran
di kelas. Dan berdampak langsung terhadap tingkat konsentrasi anak didik dalam
rentangan tertentu. Anak didik akan betah duduk berlama-lama di tempat duduknya
bila sesuai dengan postur tubuhnya. Coba bandingkan bagaimana rasanya ketika
anak remaja yang menduduki tempat duduk yang diperuntukan untuk anak didik di
sekolah taman kanak-kanak. Tentu saja kursi yang kecil itu akan menyulitkan
orang yang mendudukinya dan tentu saja akan memperkecil konsentrasi dalam
belajar.Berikut ini merupakan faktor yang termasuk aspek fisiologis yang
mempengaruhi belajar.
·
Kematangan atau
pertumbuhan
Kita
tidak dapat melatih anak yang baru berumur 6 bulan untuk belajar berjalan.
Andaipun kita paksa, tetap anak itu tidak akan dapat/sanggup melakukannya,
karena untuk dapat berjalan anak memerlukan kematangan potensi-potensi
jasmaniah maupun rohaniahnya.
Anak
umur 6 bulan otot-otot dan tulang-tulangnya masih lemah, berat badan dan
kekuatan tenaganya belum ada keseimbangan yang harmonis, keberanian untuk
mencoba-coba belum ada.
Kematangan
dicapai oleh individu dari proses pertumbuhan fisiologisnya. Kematangan terjadi
akibat adanya perubahan-perubahan kuantitatif di dalam struktur jasmani
dibarengi dengan perubahan-perubahan kualitatif terhadap struktur tersebut.
Kematangan memberikan kondisi dimana fungsi-fungsi fisiologis termasuk sistem
saraf dan fungsi otak menjadi berkembang. Dengan berkembangnya fungsi-fungsi
otak dan sistem saraf, hal ini akan menumbuhkan kapasitas mental seseorang dan
mempengaruhi hal belajar seseorang itu.
Demikian
pula, kita tidak dapat mengajar ilmu pasti kepada anak kelas tiga sekolah
dasar, atau mengajar ilmu filsafat kepada anak-anak yang baru duduk di bangku
sekolah menengah pertama. Semua itu disebabkan pertumbuhan mentalnya belum
matang untuk menerima pelajaran itu. Mengajarkan sesuatu baru dapat berhasil
jika tarap pertumbuhan pribadi telah memungkinkannya; potensi-potensi jasmani
atau rohaninya telah matang untuk itu.
·
Kondisi Kesehatan
Jasmani dan Rohani
Orang
yang belajar membutuhkan kondisi badan yang sehat. Orang yang badannya sakit
akibat penyakit-penyakit tertentu serta kelelahan tidak akan dapat belajar
dengan efektif. Cacat fisik juga mengganggu hal belajar. Gangguan serta cacat
mental pada seseorang sangat mengganggu hal belajar orang yang bersangkutan.
Bagaimana orang dapat belajar dengan baik apabila ia sakit ingatan, sedih,
frustasi, atau putus asa.
No comments:
Post a Comment