Agar
suatu hipotesis dapat diuji dengan baik, maka perlu dirumuskan secara baik dan
benar. Apabila hipotesis tidak dinyatakan dengan baik dan benar maka tentunya
akan mengaburkan hasil penelitian.
Hipotesis yang tidak dinyatakan dengan baik juga akan mengacaukan prosedur penelitian dan akan menyulitkan untuk diuji validitasnya. Itu sebabnya, hipotesis harus dinyatakan secara proporsional, baik dan jelas. Berikut adalah karakteristik hipotesis yang baik.
sumber : syahrizafahmi.blogspot.com
Hipotesis yang tidak dinyatakan dengan baik juga akan mengacaukan prosedur penelitian dan akan menyulitkan untuk diuji validitasnya. Itu sebabnya, hipotesis harus dinyatakan secara proporsional, baik dan jelas. Berikut adalah karakteristik hipotesis yang baik.
1. Hipotesis
harus dinyatakan secara jelas, spesifik dan logis secara konseptual.
Pernyataan dalam hipotesis
harus dibuat sejelas mungkin sehingga tidak memunculkan adanya penafsiran yang
ambigu. Selain itu, hipotesis sebaiknya dibuat sesederhana mungkin sehingga
mudah untuk dipahami orang lain dan memuat alur pemikiran yang logis, misalnya
menggambarkan hubungan sebab akibat yang masuk akal.
Contoh :
Terdapat hubungan yang
signifikan secara positif antara gaya kepemimpinan transformasional dengan
komitmen pegawai.
Contoh hipotesis di atas
telah dinyatakan secara jelas dan logis, bahwa terdapat hubungan antara gaya
kepemimpinan dengan komitmen pegawai, yang artinya semakin kuat gaya
kepemimpinan yang ditunjukkan maka akan semakin kuat komitmen pegawai.
Apabila variabel yang
hendak diteliti memiliki banyak level atau dimensi, maka dapat disusun sub-sub
hipotesis yang berkenaan dengan variabel tersebut. Dengan kata lain, hipotesis
harus dinyatakan secara spesifik.
Contoh :
Ada pengaruh yang
signifikan pola asuh orang tua terhadap kemandirian anak.
Pada hipotesis di atas
maka dapat dibuat lebih spesifik menjadi :
a. ada
pengaruh yang signifikan pola asuh permisif terhadap kemandirian anak;
b. ada
pengaruh yang signifikan pola asuh demokratis terhadap kemandirian anak; dan
c. ada
pengaruh yang signifikan pola asuh otoriter terhadap kemandirian anak
Semakin
spesifik suatu hipotesis, maka semakin kecil pula kemungkinan terdapat salah
pengertian atau memasukkan hal-hal yang tidak relevan dalam penelitian
2. Hipotesis
menjelaskan hubungan antara dua atau lebih variabel
Hipotesis harus menggambarkan
tentang hubungan-hubungan antar variabel. Ini berarti bahwa hipotesis
mengandung dua atau lebih variabel-variabel yang dapat diukur ataupun secara
potensial dapat diukur. Hipotesis menggambarkan secara spesifik bagaimana
variabel-variabel tersebut berhubungan, apakah menggambarkan perbedaan,
pengaruh/sebab akibat, dan hubungan. Hipotesis yang tidak mempunyai ciri di
atas, bukan hipotesis dalam pengertian metode ilmiah
3. Hipotesis
harus dinyatakan dalam bentuk pernyataan (deklaratif) dan bukan dalam bentuk
pertanyaan.
Hipotesis harus
dinyatakan dalam bentuk kalimat pernyataan bukan kalimat tanya. Dengan
demikian, hipotesis tidak boleh diawali dengan kata tanya ataupun diakhiri
dengan tanda tanya. Hipotesis harus dinyatakan dalam bentuk pernyataan yang
jelas dan tegas.
4. Hipotesis
harus dapat diuji.
Dalam hal ini,
hipotesis harus dapat diuji atau diverifikasi dengan menggunakan teknik atau
metode tertentu. Hipotesis yang baik bahkan dapat menggambarkan bentuk
pengujian yang akan digunakan oleh si peneliti. Hipotesis yang baik juga dapat
menggambarkan bentuk analisis data yang akan digunakan oleh si peneliti. Bentuk hipotesis yang terlalu umum akan
mengakibatkan kesulitan dalam pengujiannya.
Contoh :
Terdapat perbedaan
sikap antara penduduk desa dengan penduduk kota terhadap program wajib belajar
pendidikan dasar.
Dengan bentuk hipotesis
seperti di atas, maka dapat diduga
peneliti akan melakukan uji beda.
5. Hipotesis
mempunyai kerangka teori.
Hipotesis yang diajukan
memiliki dasar teori yang kuat atau mengacu
pada konsep teoritis tertentu, sehingga dapat dikomunikasikan dalam lingkup
ilmiah.
Contoh :
Ada pengaruh kepuasan
kerja dan iklim organisasi terhadap komitmen organisasi pada karyawan.
Dengan bentuk hipotesis
di atas, peneliti harus mempunyai konsep teoritis tertentu mengenai komitmen
organisasi yang didalamnya menjelaskan juga tentang faktor-faktor yang
mempengaruhinya. Disamping itu, harus ada pula konsep teoritis yang menjelaskan
bahwa komitmen organisasi dipengaruhi oleh kepuasan kerja dan iklim
organisasi.
6. Hipotesis
memiliki daya ramal
Hipotesis yang baik
mempunyai tingkat perkiraan yang tinggi atau memiliki sejumlah fakta yang dapat
diperkirakan.
Contoh :
Ada pengaruh inteligensi dan motivasi belajar terhadap
prestasi belajar.
Dengan hipotesis di atas dapat diperkirakan
bahwa semakin tinggi inteligensi dan semakin besar motivasi belajar maka
semakin tinggi prestasi belajar.
JENIS-JENIS
HIPOTESIS
Hipotesis
dapat diklasifikasikan ke dalam beberapa jenis. Kumar (1997) membagi hipotesis
berdasarkan cara merumuskannya ke dalam beberapa jenis berikut :
1. Hipotesis
nol
Hipotesis
nol (H0) adalah hipotesis yang menyatakan tidak ada perbedaan, tidak
ada hubungan ataupun tidak ada pengaruh antara variabel dependen dan variabel
independen. Hipotesis nol ini diformulasikan untuk ditolak dalam penelitian.
Hipotesis inilah yang diuji secara statistik, yang jika hipotesis nol ditolak
maka hipotesis pasangannya atau hipotesis alternative dapat diterima.
Contoh
hipotesis nol :
·
Tidak ada hubungan antara endurance dengan prestasi belajar
matematika pada siswa SMA
·
Tidak ada perbedaan sikap mengenai
kewajiban pendidikan dasar antara penduduk desa dan penduduk kota
·
Tidak ada pengaruh nutrisi dan kesehatan
ibu terhadap tingkat kematian bayi saat dilahirkan
·
Tidak ada perbedaan proporsi pria dan
wanita yang merokok dalam populasi studi ini.
2. Hipotesis
perbedaaan (Hypothesis of difference)
Hipotesis perbedaan
digunakan untuk menyatakan adanya ketidaksamaan antar variabel tertentu
disebabkan oleh adanya pengaruh variabel-variabel yang berbeda-beda. Namun
demikian dalam hal ini tidak disebutkan besarnya magnitude/tingkat
perbedaannya.
Contoh :
·
Terdapat perbedaan sikap mengenai
kewajiban pendidikan dasar antara penduduk desa dan penduduk kota
·
Proporsi wanita yang merokok lebih
banyak daripada proporsi pria yang merokok dalam populasi studi ini.
3. Hipotesis
point estimate (Hypothesis of
point-prevalence)
Adalah
suatu pernyataan hipotesis yang menyebutkan tingkat perkiraan, estimasi,
magnitude atau prevalensinya. Peneliti berani untuk menyebutkan estimatenya
karena memang si peneliti sudah memiliki pengetahuan sebelumnya tentang
besarnya prevalensi. A point estimate (titik taksiran) adalah suatu
taksiran parameter populasi berdasarkan satu nilai data sampel.
Contoh :
·
Nutrisi dan kesehatan ibu akan
menurunkan angka kematian bayi sebesar 30/1000. (30/100 adalah
point-prevalence)
·
60% wanita dan 30% pria dalam populasi
penelitian adalah perokok.
(60%
dan 30% adalah point-prevalence)
4. Hipotesis
asosiatif (Hypothesis of assosiative)
Adalah pernyataan
hipotesis yang menyatakan dugaan mengenai bentuk hubungan antar variabel.
Contoh :
·
Terdapat hubungan antara nutrisi dan
kesehatan ibu dengan tingkat kematian bayi saat dilahirkan.
Ada pengaruh endurance
terhadap prestasi belajar matematika pada siswa SMA
MENGUJI
HIPOTESIS
Suatu
hipotesis harus dapat diuji berdasarkan data empiris, yakni berdasarkan apa
yang dapat diamati dan dapat diukur. Untuk itu peneliti harus mencari situasi
empiris yang memberi data yang diperlukan. Pengujian terhadap hipotesis
bukanlah untuk menentukan kebenaran suatu hipotesis, namun untuk menguji
validitasnya.
Kebenaran
suatu hipotesis tidak akan pernah dapat diketahui dengan pasti kecuali dengan
memeriksa seluruh populasi. Tentunya hampir tidak mungkin suatu penelitian
memeriksa suatu populasi, melainkan suatu penelitian hanya memeriksa sampelnya
saja. Informasi atau bukti dari sampel itulah yang dijadikan acuan dalam
menolak atau menerima suatu hipotesis.
Pada dasarnya menguji hipotesis adalah menaksir parameter populasi
berdasarkan data sampel.
Berikut
adalah langkah-langkah untuk menguji hipotesis (dalam Weathington, Cunningham, &
Pittenger, 2010 ) :
a. Menentukan
hipotesis nol dan hipotesis alternatif
Hipotesis nol atau H0
adalah pernyataan matematik yang ingin ditolak dalam penelitian.
Hipotesis nol biasanya menyatakan bahwa variabel independen tidak berhubungan
atau tidak berpengaruh terhadap variabel dependen. Jika hasil pengolahan
terhadap data menunjukkan bukti yang kuat untuk menolak hipotesis nol, maka kita dapat menerima hipotesis
alternative (Ha) yang merupakan focus penelitian. Pada situasi
tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan atau pengaruh independent variable terhadap dependent variable. Sebaliknya bila hipotesis
nol diterima maka hipotesis alternatif yang menyatakan hubungan antar variabel
ditolak.
b. Menentukan
uji statistik yang paling sesuai
Untuk menentukan uji
statistik yang paling sesuai sangat
tergantung pada rumusan masalah, design penelitian dan jenis data yang diolah.
c. Menetapkan
level signifikansi yang diinginkan
d. Hitung
perbedaan nilainya
e. Mendapatkan
nilai kritis pengujian yang menjadi menjadi batas
daerah penerimaan dan penolakan hipotesis.
f. Menarik
kesimpulan
KESALAHAN
DALAM PENGUJIAN HIPOTESIS
Hipotesis
adalah suatu dugaan yang perlu dibuktikan kebenarannya. Oleh karenanya, sangat
mungkin terjadi kesalahan dalam menarik kesimpulan terhadap pengujian hipetesis
tersebut. Dalam Kumar (1996) disebutkan beberapa alasan yang dapat
mengakibatkan kesalahan dalam pengujian hipotesis, antara lain :
a. kesalahan
dalam memilih desain penelitian;
b. kesalahan
dalam memilih prosedur sampling;
c. metode
pengumpulan data yang kurang tepat;
d. kesalahan
dalam analisis;
e. prosedur
statistik yang digunakan kurang tepat; dan
f. kesalahan
dalam menarik kesimpulan atas hasil pengujian
Itu
sebabnya, apabila terdapat kekeliruan
pada salah satu atau beberapa aspek di atas, maka dapat mengakibatkan kesalahan
dalam memperoleh hasil uji hipotesis maupun dalam membuat kesimpulan terhadap
hasil penelitian. Lebih lanjut, Kumar (1996) menyatakan bahwa dalam menaksir populasi berdasarkan
data sampel kemungkinan akan terdapat dua kesalahan, yaitu:
1. Kesalahan
Tipe I adalah suatu kesalahan bila menolak hipotesis nol (Ho) yang benar
(seharusnya diterima). Dalam hal ini tingkat kesalahan dinyatakan dengan α (baca alfa).
2. Kesalahan
tipe II, adalah kesalahan bila menerima hipotesis yang salah (seharusnya
ditolak). Tingkat kesalahan untuk ini dinyatakan denga β (baca betha).
Bila
nilai statistik (data sampel) yang diperoleh dari hasil pengumpulan data sama
dengan nilai parameter populasi atau masih berada pada nilai interval parameter
populasi, maka hipotesis yang dirumuskan 100% diterima. Jadi tidak terdapat
kesalahan. Tapi bila nilai statistik berada di luar nilai parameter populasi,
maka akan terdapat kesalahan. Kesalahan ini semakin besar bila nilai statistik
jauh dari nilai parameter populasi. Tingkat kesalahan ini kemudian disebut level
of signicant atau tingkat signifikansi. Dalam prakteknya tingkat
signifikansi telah ditetapkan oleh peneliti terlebih dahulu sebelum hipotesis
diuji. Biasanya tingkat signifikansi (tingkat kesalahan) yang diambil adalah 1%
dan 5%. Suatu hipotesis terbukti dengan mempunyai kesalahan 1% berarti bila
penelitian dilakukan pada 100 sampel yang diambil dari populasi yang sama, maka
akan terdapat satu kesimpulan salah yang dilakukan untuk populasi.
Daftar
Pustaka
Robert B. Burns. 2000. Introduction to Research Methods. 4th Edition. French Forest NSW:
Longman
Fred N. Kerlinger. 1995. Asas-Asas Penelitian Behavioral. Diterjemahkan oleh Landung R.
Simatupang. Yogyakarta: Gajah Mada University Press
Frederick J. Gravetter, Lori-Ann B.
Forzano.2011. Research Methods for the Behavioral Sciences. USA:
Wadsworth
Chandra
S.S, Sharma R,K. 2007. Research In
Education. New Delhi: Atlantic Publishers
Donald,
Jacob, Sorensen. 2009. Introduction to
research in Education. Canada: Wadsworth
Ranjit
Kumar (1996). Research Methodology.
Australia : Sage Publications
Bart L. Weathington,Christopher J. L.
Cunningham,David J. Pittenger. Research Methods for the
Behavioral and Social Sciences
Back
Back
No comments:
Post a Comment