Thursday, 9 June 2016

Karakteristik Hipotesis dalam Metodologi Penelitian

Agar suatu hipotesis dapat diuji dengan baik, maka perlu dirumuskan secara baik dan benar. Apabila hipotesis tidak dinyatakan dengan baik dan benar maka tentunya akan mengaburkan hasil penelitian.
  


Hipotesis yang tidak dinyatakan dengan baik juga akan mengacaukan prosedur penelitian  dan akan menyulitkan untuk diuji validitasnya. Itu sebabnya, hipotesis harus dinyatakan secara proporsional, baik dan jelas. Berikut adalah karakteristik hipotesis yang baik.
1.      Hipotesis harus dinyatakan secara jelas, spesifik dan logis secara konseptual. 
Pernyataan dalam hipotesis harus dibuat sejelas mungkin sehingga tidak memunculkan adanya penafsiran yang ambigu. Selain itu, hipotesis sebaiknya dibuat sesederhana mungkin sehingga mudah untuk dipahami orang lain dan memuat alur pemikiran yang logis, misalnya menggambarkan hubungan sebab akibat yang masuk akal.
Contoh :
Terdapat hubungan yang signifikan secara positif antara gaya kepemimpinan transformasional dengan komitmen pegawai.

Contoh hipotesis di atas telah dinyatakan secara jelas dan logis, bahwa terdapat hubungan antara gaya kepemimpinan dengan komitmen pegawai, yang artinya semakin kuat gaya kepemimpinan yang ditunjukkan maka akan semakin kuat komitmen pegawai.

Apabila variabel yang hendak diteliti memiliki banyak level atau dimensi, maka dapat disusun sub-sub hipotesis yang berkenaan dengan variabel tersebut. Dengan kata lain, hipotesis harus dinyatakan secara spesifik.

Contoh :
Ada pengaruh yang signifikan pola asuh orang tua terhadap kemandirian anak.
Pada hipotesis di atas maka dapat dibuat lebih spesifik menjadi :
a.       ada pengaruh yang signifikan pola asuh permisif terhadap kemandirian anak;
b.      ada pengaruh yang signifikan pola asuh demokratis terhadap kemandirian anak; dan
c.       ada pengaruh yang signifikan pola asuh otoriter terhadap kemandirian anak
Semakin spesifik suatu hipotesis, maka semakin kecil pula kemungkinan terdapat salah pengertian atau memasukkan hal-hal yang tidak relevan dalam penelitian
2.      Hipotesis menjelaskan hubungan antara dua atau lebih variabel
Hipotesis harus menggambarkan tentang hubungan-hubungan antar variabel. Ini berarti bahwa hipotesis mengandung dua atau lebih variabel-variabel yang dapat diukur ataupun secara potensial dapat diukur. Hipotesis menggambarkan secara spesifik bagaimana variabel-variabel tersebut berhubungan, apakah menggambarkan perbedaan, pengaruh/sebab akibat, dan hubungan. Hipotesis yang tidak mempunyai ciri di atas, bukan hipotesis dalam pengertian metode ilmiah


3.      Hipotesis harus dinyatakan dalam bentuk pernyataan (deklaratif) dan bukan dalam bentuk pertanyaan.
Hipotesis harus dinyatakan dalam bentuk kalimat pernyataan bukan kalimat tanya. Dengan demikian, hipotesis tidak boleh diawali dengan kata tanya ataupun diakhiri dengan tanda tanya. Hipotesis harus dinyatakan dalam bentuk pernyataan yang jelas dan tegas. 

4.      Hipotesis harus dapat diuji.
Dalam hal ini, hipotesis harus dapat diuji atau diverifikasi dengan menggunakan teknik atau metode tertentu. Hipotesis yang baik bahkan dapat menggambarkan bentuk pengujian yang akan digunakan oleh si peneliti. Hipotesis yang baik juga dapat menggambarkan bentuk analisis data yang  akan digunakan oleh si peneliti.  Bentuk hipotesis yang terlalu umum akan mengakibatkan kesulitan dalam  pengujiannya.
Contoh :
Terdapat perbedaan sikap antara penduduk desa dengan penduduk kota terhadap program wajib belajar pendidikan dasar.
Dengan bentuk hipotesis seperti di atas,  maka dapat diduga peneliti akan melakukan uji beda. 

5.      Hipotesis mempunyai kerangka teori.
Hipotesis yang diajukan memiliki dasar  teori yang kuat atau mengacu pada konsep teoritis tertentu, sehingga dapat dikomunikasikan dalam lingkup ilmiah.
Contoh :
Ada pengaruh kepuasan kerja dan iklim organisasi terhadap komitmen organisasi pada karyawan.
Dengan bentuk hipotesis di atas, peneliti harus mempunyai konsep teoritis tertentu mengenai komitmen organisasi yang didalamnya menjelaskan juga tentang faktor-faktor yang mempengaruhinya. Disamping itu, harus ada pula konsep teoritis yang menjelaskan bahwa komitmen organisasi dipengaruhi oleh kepuasan kerja dan iklim organisasi. 

6.      Hipotesis memiliki daya ramal
Hipotesis yang baik mempunyai tingkat perkiraan yang tinggi atau memiliki sejumlah fakta yang dapat diperkirakan.
Contoh :
Ada pengaruh  inteligensi dan motivasi belajar terhadap prestasi belajar.
Dengan hipotesis di atas dapat diperkirakan bahwa semakin tinggi inteligensi dan semakin besar motivasi belajar maka semakin tinggi prestasi  belajar.


JENIS-JENIS HIPOTESIS

Hipotesis dapat diklasifikasikan ke dalam beberapa jenis. Kumar (1997) membagi hipotesis berdasarkan cara merumuskannya ke dalam beberapa jenis berikut :
1.      Hipotesis nol
Hipotesis nol (H0) adalah hipotesis yang menyatakan tidak ada perbedaan, tidak ada hubungan ataupun tidak ada pengaruh antara variabel dependen dan variabel independen. Hipotesis nol ini diformulasikan untuk ditolak dalam penelitian. Hipotesis inilah yang diuji secara statistik, yang jika hipotesis nol ditolak maka hipotesis pasangannya atau hipotesis alternative dapat diterima.
Contoh hipotesis nol :
·         Tidak ada hubungan antara endurance dengan prestasi belajar matematika pada siswa SMA
·         Tidak ada perbedaan sikap  mengenai  kewajiban pendidikan dasar antara penduduk desa dan penduduk kota
·         Tidak ada pengaruh nutrisi dan kesehatan ibu terhadap tingkat kematian bayi saat dilahirkan
·         Tidak ada perbedaan proporsi pria dan wanita yang merokok dalam populasi studi ini. 

2.      Hipotesis perbedaaan (Hypothesis of difference)
Hipotesis perbedaan digunakan untuk menyatakan adanya ketidaksamaan antar variabel tertentu disebabkan oleh adanya pengaruh variabel-variabel yang berbeda-beda. Namun demikian dalam hal ini tidak disebutkan besarnya magnitude/tingkat perbedaannya.
Contoh :
·         Terdapat perbedaan sikap mengenai kewajiban pendidikan dasar antara penduduk desa dan penduduk kota
·         Proporsi wanita yang merokok lebih banyak daripada proporsi pria yang merokok dalam populasi studi ini.

3.      Hipotesis point estimate (Hypothesis of point-prevalence)
Adalah suatu pernyataan hipotesis yang menyebutkan tingkat perkiraan, estimasi, magnitude atau prevalensinya. Peneliti berani untuk menyebutkan estimatenya karena memang si peneliti sudah memiliki pengetahuan sebelumnya tentang besarnya prevalensi. A point estimate (titik taksiran) adalah suatu taksiran parameter populasi berdasarkan satu nilai data sampel.

Contoh :
·         Nutrisi dan kesehatan ibu akan menurunkan angka kematian bayi sebesar 30/1000. (30/100 adalah point-prevalence)
·         60% wanita dan 30% pria dalam populasi penelitian adalah perokok.
(60% dan 30% adalah point-prevalence)

4.      Hipotesis asosiatif (Hypothesis of assosiative)
Adalah pernyataan hipotesis yang menyatakan dugaan mengenai bentuk hubungan antar variabel.
Contoh :
·         Terdapat hubungan antara nutrisi dan kesehatan ibu dengan tingkat kematian bayi saat dilahirkan.
Ada pengaruh endurance terhadap prestasi belajar matematika pada siswa SMA


MENGUJI HIPOTESIS
Suatu hipotesis harus dapat diuji berdasarkan data empiris, yakni berdasarkan apa yang dapat diamati dan dapat diukur. Untuk itu peneliti harus mencari situasi empiris yang memberi data yang diperlukan. Pengujian terhadap hipotesis bukanlah untuk menentukan kebenaran suatu hipotesis, namun untuk menguji validitasnya.
Kebenaran suatu hipotesis tidak akan pernah dapat diketahui dengan pasti kecuali dengan memeriksa seluruh populasi. Tentunya hampir tidak mungkin suatu penelitian memeriksa suatu populasi, melainkan suatu penelitian hanya memeriksa sampelnya saja. Informasi atau bukti dari sampel itulah yang dijadikan acuan dalam menolak atau menerima suatu hipotesis.  Pada dasarnya menguji hipotesis adalah menaksir parameter populasi berdasarkan data sampel. 
Berikut adalah langkah-langkah untuk menguji hipotesis (dalam Weathington, Cunningham, & Pittenger, 2010 ) :
a.       Menentukan hipotesis nol dan hipotesis alternatif
Hipotesis nol atau H0 adalah pernyataan matematik yang ingin ditolak dalam penelitian. Hipotesis nol biasanya menyatakan bahwa variabel independen tidak berhubungan atau tidak berpengaruh terhadap variabel dependen. Jika hasil pengolahan terhadap data menunjukkan bukti yang kuat untuk menolak hipotesis nol,  maka kita dapat menerima hipotesis alternative (Ha) yang merupakan focus penelitian. Pada situasi tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan atau pengaruh independent variable terhadap dependent variable. Sebaliknya bila hipotesis nol diterima maka hipotesis alternatif yang menyatakan hubungan antar variabel ditolak.

b.      Menentukan uji statistik yang paling sesuai
Untuk menentukan uji statistik  yang paling sesuai sangat tergantung pada rumusan masalah, design penelitian dan jenis data yang diolah.

c.       Menetapkan level signifikansi yang diinginkan

d.      Hitung perbedaan nilainya

e.       Mendapatkan nilai kritis pengujian yang menjadi menjadi batas daerah penerimaan dan penolakan hipotesis.

f.       Menarik kesimpulan

Jenis data yang diperoleh dalam penelitian menentukan pendekatan statistik yang digunakan dalam pengujian hipotesis. Tabel berikut ini menyajikan penggolongan uji hipotesis berdasarkan jenis data.




KESALAHAN DALAM PENGUJIAN HIPOTESIS

Hipotesis adalah suatu dugaan yang perlu dibuktikan kebenarannya. Oleh karenanya, sangat mungkin terjadi kesalahan dalam menarik kesimpulan terhadap pengujian hipetesis tersebut. Dalam Kumar (1996) disebutkan beberapa alasan yang dapat mengakibatkan kesalahan dalam pengujian hipotesis, antara lain :
a.       kesalahan dalam memilih desain penelitian;
b.      kesalahan dalam memilih prosedur sampling;
c.       metode pengumpulan data yang kurang tepat;
d.      kesalahan dalam analisis;
e.       prosedur statistik yang digunakan kurang tepat; dan
f.       kesalahan dalam menarik kesimpulan atas hasil pengujian

Itu sebabnya, apabila terdapat  kekeliruan pada salah satu atau beberapa aspek di atas, maka dapat mengakibatkan kesalahan dalam memperoleh hasil uji hipotesis maupun dalam membuat kesimpulan terhadap hasil penelitian.   Lebih lanjut, Kumar (1996)  menyatakan bahwa dalam menaksir populasi berdasarkan data sampel kemungkinan akan terdapat dua kesalahan, yaitu:

1.      Kesalahan Tipe I adalah suatu kesalahan bila menolak hipotesis nol (Ho) yang benar (seharusnya diterima). Dalam hal ini tingkat kesalahan dinyatakan dengan α  (baca alfa).
2.      Kesalahan tipe II, adalah kesalahan bila menerima hipotesis yang salah (seharusnya ditolak). Tingkat kesalahan untuk ini dinyatakan denga β (baca betha).


Bila nilai statistik (data sampel) yang diperoleh dari hasil pengumpulan data sama dengan nilai parameter populasi atau masih berada pada nilai interval parameter populasi, maka hipotesis yang dirumuskan 100% diterima. Jadi tidak terdapat kesalahan. Tapi bila nilai statistik berada di luar nilai parameter populasi, maka akan terdapat kesalahan. Kesalahan ini semakin besar bila nilai statistik jauh dari nilai parameter populasi. Tingkat kesalahan ini kemudian disebut level of signicant atau tingkat signifikansi. Dalam prakteknya tingkat signifikansi telah ditetapkan oleh peneliti terlebih dahulu sebelum hipotesis diuji. Biasanya tingkat signifikansi (tingkat kesalahan) yang diambil adalah 1% dan 5%. Suatu hipotesis terbukti dengan mempunyai kesalahan 1% berarti bila penelitian dilakukan pada 100 sampel yang diambil dari populasi yang sama, maka akan terdapat satu kesimpulan salah yang dilakukan untuk populasi.

Daftar Pustaka

Robert B. Burns. 2000. Introduction to Research Methods. 4th Edition. French Forest NSW: Longman
Fred N. Kerlinger. 1995. Asas-Asas Penelitian Behavioral. Diterjemahkan oleh Landung R. Simatupang. Yogyakarta: Gajah Mada University Press
Frederick J. Gravetter, Lori-Ann B. Forzano.2011. Research Methods for the Behavioral Sciences. USA: Wadsworth
Chandra S.S, Sharma R,K. 2007. Research In Education. New Delhi: Atlantic Publishers
Donald, Jacob, Sorensen. 2009. Introduction to research in Education. Canada: Wadsworth
Ranjit Kumar (1996). Research Methodology. Australia : Sage Publications
Bart L. Weathington,Christopher J. L. Cunningham,David J. Pittenger.  Research Methods for the Behavioral and Social Sciences

Back

No comments:

Post a Comment