Saturday, 2 July 2016

Psikologi Sosial : Sikap dan Perilaku (2)

A.    Pengukuran Sikap
Sikap, sebagaimana aspek-aspek psikologis lainnya, juga bisa diukur. Asumsi pengukuran Sikap yang paling mendasar adalah

sikap dan perilaku

bahwa sesuatu yang ada tentu akan eksis, sesuatu yang eksis tentu bisa diukur (Faturrachman, 2006). Berbagai teknik dan metoda telah dikembangkan oleh para ahli guna mengungkap Sikap manusia dan memberikan intervensi yang valid (Louis Thurstone, dalam Saifudin Azwar, 1995)
Berikut ini adalah uraian mengenai beberapa diantara metode-metode pengungkapan Sikap yang secara historic telah dilakukan orang :
a.      Observasi Perilaku
Untuk dapat mengetahui Sikap seseorang terhadap sesuatu kita dapat memperhatikan perilakunya, sebab perilaku merupakan salah satu indicator setiap individu. Pengukuran dengan metode ini dilakukan dengan mengamati tindakan yang ditampilkan. Teknik observasi yang dapat dilakukan adalah observasi secara langsung maupun tidak langsung dengan perilaku. Meskipun dengan pengamatan bisa dilakukan untuk pengukuran Sikap, tetapi metode ini memiliki akurasi yang kurang tinggi. Untuk mengantisipasi validitas yang rendah, metode ini biasanya digabungkan dengan metode lain. Hasil dari pengamatan/observasi lebih banyak digunakan sebagai data pendukung. Validitas yang rendah dari teknik ini disebabkan oleh sifat/karakteristik dari Sikap itu sendiri, yaitu masih bersifat laten. Sehingga apa yang ditampilkan belum tentu mencerminkan apa yang melatarnelakanginya atau predisposisinya.
b.      Pertanyaan Langsung
Asumsi yang mendasari metode ini yaitu untuk mengungkap Sikap bahwa individu adalah pihak yang paling tahu mengenai dirinya.
c.       Pengukuran Terselubung
Metode pengukuran terselubung sebenarnya berorientasi ke metode observasi perilaku, akan tetapi sebagai objek pengamatan bukan lagi perilaku yang tampak disadari dan disengaja dilakukan seseorang akan tetapi reaksi-reaksi fisiologis yang terjadi di luar kendali orang tersebut. Contoh pengukuran yang menggunakan metode ini adalah teknik “Bogus Pipeline” yang bertujuan untuk meyakinkan subjek bahwa jawaban yang dikemukakan akan diketahui kejujurannya, sehingga ia akan berusaha untuk menjawab secara jujur. Pada prinsipnya alat ini tidak sungguh-sungguh dapat mengukur kejujuran, tetapi lebih berfungsi sebagai pendorong agar menjawab secara jujur.
d.      Pengungkapan Langsung
Dalam hal ini responden diminta menjawab langsung suatu pernyataan Sikap tertulis dengan memberi suatu tanda setuju, penyajian dan pemberian respon yang dilakukan diusahakan untuk individu menyatakan Sikap secara lebih jujur dengan cara tidak perlu menuliskan nama dan identitasnya. Ada beberapa bentuk yang dikembangkan dari teknik ini, pengukuran dengan teknik ini menggunakan bentuk skala, yaitu alat pengukuran yang disusun dengan teknik ilmiah.
1.      Self-rating scale. Skala ini berisi tentang pertanyaan-pertanyaan evaluative terhadap suatu topic tertentu. Untuk masing-masing pertanyaan disediakan juga jawaban sedemikan rupa sehingga responden tinggal memilih satu kemungkinan jawaban yang tersedia.

2.      Skala likert. Skala yang diperkenalkan oleh Rensis Likert pada tahun 1932. Model ini juga menyediakan pilihan jawaban bagi subjek yang akan diukur Sikapnya. Perbedaannya terletak pada tipe jawaban yang tersedia, yaitu terbatas pada tingkat persetujuan terhadap pernyataan yang ada. Pada skala Likert bukan pertanyaan yang diminta untuk dijawab, tetapi juga pernyataan.
3.      Bedaan semantic (semantic differential). Dengan menggunakan model ini, responden diminta untuk menilai suatu objek atau konsep pada suatu skala yang mempunyai dua kata Sikap yang berlawanan. Menurut Osgood, skala bipolar ini mengandung tiga unsur, yaitu evaluasi, unsur potensi, dan unsur aktivitas dari objek atau konsep yang akan diukur.
4.      Jarak social (social distance) dari Bogardus. Skala ini awalnya digunakan untuk menentukan kemungkinan perlakuan suatu kelompok terhadap kelompok lain yang berbeda (baik secara etnik, gender, ras, agama maupun hal lainnya

B.     Pembentukan dan Perubahan Sikap
Sikap tidak terbentuk dan tidak terjadi dengan sendirinya, pembentukannya berlangsung dalam interaksi social dengan orang lain dan berkaitan dengan objek tertentu. Interaksi social di dalam kelompok maupun di luar kelompok dapat mengubah Sikap atau membentuk Sikap yang baru. Interkasi di luar kelompok adalah interaksi dengan hasil buah kebudayaan manusia melalui media komunikasi seperti surat kabar, radio, televise, buku, serta media lainnya.
            Factor lainnya adalah factor internal di dalam diri pribadi manusia itu, yaitu selektivitasnya sendiri, daya pilihnya sendiri, atau minat perhatiannya untuk menerima dan mengolah pengaruh-pengaruh yang dating dari luar dirinya. Factor internal ditentukan pula oleh motif-motif dan Sikap lainnya yang sudah terdapat dalam diri pribadi orang itu. Jadi, dalam pembentukan dan perubahan Sikap itu terdapat factor internal dan factor eksternal pribadi individu yang memegang peranannya.
v  Factor Internal
Pengamatan dan penangkapan manusia terhadap stimulus social melibatkan suatu proses pilihan diantara seluruh rangsangan yang ada di luar kita, pada setiap saat dalam kehidupan kita. Suatu pilihan diantara berbagai rangsangan yang kemudian kita perhatikan dan tafsirkan dengan lebih mendalam.
Pilihan tersebut berhubungan erat dengan motif-motif dan Sikap-Sikap yang bekerja di dalam diri kita pada waktu itu dan yang mengarahkan minat perhatian kita terhadap objek-objek tertentu diantara keseluruhan objek yang mungkin kita perhatikan pada waktu itu. Selektivitas dalam pengamatan berlangsung karena individu manusia tidak dapat memperhatikan semua rangsangan yang dating dari lingkungannya dengan taraf perhatian yang sama. Contoh : apabila seseorang sedang sangat lapar ia akan lebih memperhatikan rangsangan dari lingkungan yang dapat membawakan orang itu kepada pemuasan dari kelaparan itu daripada rangsangan yang tidak berhubungan dengan kebutuhan akan makanan tersebut.
v  Faktor Eksternal
Dalam pembentukan dan perubahan Sikap, selain factor-faktor internal terdapat pula factor-faktor eksternal antara lain sifat, isi pandangan baru yang ingin diberikannya itu, siapa yang mengemukakannya dan siapa yang menyokong pandangan baru tersebut, dengan cara bagiamana pandangan itu diterangkan, dan dalam situasi bagaimana Sikap baru itu diperbincangkan (situasi interaksi kelompok, situasi orang sendirian, dan lain lain).
Mengenai factor eksternal itu akan diuraikan beberapa hal seperti yang dikemukakan oleh M. Sherif dalam bukunya sebagai berikut. Dengan melihat factor-faktor eksternal, maka pada garis besarnya Sikap dapat dibentuk atau diubah.
1.      Dalam interaksi kelompok, dimana terdapat hubungan timbal balik yang langsung antara manusia.
2.      Karena komunikasi, dimana terdapat pengaruh-pengaruh (hubungan) langsung dari satu pihak saja.
Perubahan Sikap dapat berlangsung dalam interaksi kelompok, tetapi dalam hal itu harus dibedakan pula dua macam interaksi kelompok, yaitu :
1.      Perubahan Sikap karena shifting of reference-groups.
2.      Perubahan Sikap di dalam situasi kontak social antara dua kelompok itu.
Pada butir 2, interaksi hanya terdiri atas hubungan antara anggota kelompok berbeda yang berdasarkan kunjungi-mengunjungi saja. Sedangkan pada butir 1 interaksi itu lebih lama dan lebih mendalam karena berlangsung dalam lingkungan kehidupan di dalam satu kelompok saja.
Reference group adalah kelompok yang mempunyai norma-norma, dan nilai-nilai social, Sikap-Sikap, dan kebiasaan bertingkah laku yang paling sesuai bagi diri seseorang dan yang ia setujui sepenuhnya. Dengan kata lain reference group adalah kelompok yang menjadi pegangan orang dalam kehidupannya dimana ia merasa adanya hubungan batin mengenai norma-norma, nilai-nilai, dan Sikap kehidupannya.




No comments:

Post a Comment