Saturday 2 July 2016

Psikologi Sosial : Sikap dan Perilaku

A.     Pengertian Sikap
Sikap memiliki banyak sekali pengertian karena memang setiap tokoh yang mengemukakan pendapat yang berbeda mengenai batasan dari Sikap. Sikap bisa diterjemahkan dengan tepat sebagai
sikap dan perilaku


Sikap dan kesediaan beraksi terhadap suatu hal. Sikap senantiasa terarahkan kepada sesuatu hal, suatu objek. Tidak ada Sikap tanpa ada objeknya.
Secara umum Sikap memiliki karakteristik, yaitu :
1.      Organisasi dari keyakinan, perasaan, dan kecenderungan perilaku terhadap objek-objek tertentu, kelompok, peristiwa, ataupun symbol.
2.      Perasaan atau penilaian yang bernilai baik maupun tidak baik/buruk, atau positive dan negative, tentang seseorang, objek, atau isu.
Sikap mungkin terarah pada benda-benda, orang-orang tetapi juga peristiwa-peristiwa, pemandangan-pemandangan, lembaga-lembaga, norma-norma, nilai-nilai, dan lain sebagainya.
            Dalam satu kesempatan, manusia dapat mempunyai Sikap terhadap bermacam-macam hal. Misalnya, bagi kaum Muslimin, daging babi adalah haram, tidak disukai, dan dianggap kotor. Mungkin sekali seseorang yang betul-betul berSikap demikian apabila dikatakan bahwa ia sedang makan babi ia akan memuntahkannya. Ini adalah contoh mengenai “attitude” terhadap makanan. Tetapi terhadap daging kambing atau daging onta, kaum muslimin memiliki Sikap yang positif. Karena tidak ada larangan terhadap kedua daging tersebut.
            Sikap memiliki batasan yang beragam. Beberapa tokoh memiliki sudut pandang atau penekanan yang tersendiri dalam memberi batasan terhadap Sikap.
·         Sarlito (1994) : Sikap adalah kecenderungan untuk bertingkah laku.
·         Rokeach : Sikap adalah predisposisi untuk merespon atau bertingkah laku.
·         Eagly & Chaiken (1992) : attitude is a psychological tendency that is expressed by evaluating a particular entity with some degree of favor or disfavor.
·         Chaplin (2002) : Sikap merupakan satu predisposisi atau kecenderungan yang relative stabil dan berlangsung terus menerus untuk bertingkah laku atau untuk mereaksi dengan satu cara tertentu terhadap pribadi lain, objek, lembaga, atau persoalan tertentu.

Dari definisi-definisi di atas dapat kita simpulkan bahwa Sikap (attitude) dapat diterjemahkan sebagai Sikap terhadap objek tertentu yang dapat merupakan Sikap pandangan atau Sikap perasaan, tetapi Sikap tersebut disertai dengan kecenderungan untuk bertindak sesuai dengan Sikap objek studi.

A.     Jenis-jenis Sikap
Manusia itu tidak dilahirkan dengan Sikap pandangan ataupun Sikap perasaan tertentu, tetapi Sikap-Sikap tersebut dibentuk sepanjang perkembangannya. Peranan Sikap dalam kehidupan manusia sangat besar, sebab apabila sudah dibentuk pada diri manusia, maka Sikap-Sikap itu akan turut menentukan tingkah lakunya terhadap objek-objek Sikapnya. Adanya Sikap-Sikap menyebabkan bahwa manusia akan bertindak secara khas terhadap objek-objeknya.
Sikap dapat dibedakan ke dalam dua jenis, yaitu Sikap social dan Sikap individu.
            Sikap social menyebabkan terjadinya cara-cara tingkah laku yang dinyatakan berulang-ulang terhadap suatu objek social, dan biasanya Sikap social dinyatakan tidak hanya oleh seseorang, tetapi juga oleh orang lain yang sekelompok atau semasyarakat. Misalnya, perayaan-perayaan hari nasional seperti upacara pada 17 Agustus, bagi bangsa Indonesia itu menunjukkan adanya Sikap tertentu dari bangsa kita terhadap hari istimewa itu. 
            Lain halnya dengan Sikap individu, Sikap individu terdiri atas kesukaan dan ketidaksukaan pribadi atas objek, orang, binatang, dan hal-hal tertentu. Kita lambat-laun mungkin memperoleh Sikap suka atau tidak suka kepada seorang teman atau bahkan seorang pesaing, serta terhadap peristiwa-peristiwa penting dalam kehidupan kita. Sikap-Sikap individu itu turut pula dibentuk karena sifat-sifat pribadi kita sendiri.

A.     Ciri-ciri Sikap
Sikap adalah konsep yang paling penting dalam psikologi social dan yang paling banyak didefinisikan. Ada yang menganggap Sikap hanyalah sejenis motif sosiogenis yang diperoleh melalui proses belajar (Sherif dan Sherif, 1956:489). Ada pula yang melihat Sikap sebagai kesiapan saraf (neural settings) sebelum memberikan respons (Allport, 1924). Dari berbagai definisi tersebut kita dapat menyimpulkan beberapa hal.
1.      Sikap adalah kecenderungan bertindak, berpersepsi, berpikir, dan merasa dalam menghadapi objek, ide, situasi, atau nilai. Sikap bukan perilaku, tetapi merupakan kecenderungan untuk berperilaku dengan cara-cara tertentu terhadap objek. Sikap masih berbentuk laten. Bila sudah dapat diamati atau diindera, maka hal tersebut bukan Sikap tetapi sudah menjadi perilaku. Objek Sikap boleh berupa benda, orang, tempat, gagasan atau situasi, serta kelompok. Jadi, pada kenyataannya tidak ada istilah Sikap yang berdiri sendiri. Sikap haruslah diikuti oleh kata “terhadap” atau “pada” objek Sikap. Bila ada orang yang berkata “Sikap saya positif”, kita harus mempertanyakan “Sikap terhadap apa atau siapa?”
2.      Sikap mempunyai daya pendorong atau motivasi. Sikap bukan sekadar rekaman masa lalu, tetapi juga menentukan apakah orang harus pro atau kontra terhadap sesuatu. Sikap membantu menentukan apa yang disukai, diharapkan, dan diinginkan. Sikap juga mengesampingkan apa yang tidak diinginkan, apa yang harus dihindari (Sherif dan Sherif, 1956:489). Bila Sikap seseorang positif terhadap ilmu, maka orang tersebut akan setuju pada proyek-proyek pengembangan ilmu, berharap agar orang lain menghargai ilmu, dan kemungkinan akan menghindari orang-orang yang meremehkan ilmu.
3.      Sikap relative mudah berubah, karena Sikap adalah hal yang dapat dipelajari atau bahkan sebaliknya. Sikap bisa dipelajari sehingga dapat berubah pada seseorang bila terdapat keadaan-keadaan dan syarat-syarat tertentu yang mempermudah berubahnya. Walaupun secara umum Sikap relative mudah berubah, untuk objek yang khusus (spesifik) ternyata Sikap relative cenderung agak menetap. Berbagai studi menunjukkan bahwa Sikap politik suatu kelompok cenderung dipertahankan dan jarang mengalami perubahan. Tetapi bisa dibandingkan bila dengan trait. Sikap tentunya jauh kurang menetap bila dibandingkan dengan kepribadian/trait. Sikap lebih cenderung untuk menyesuaikan dengan situasi yang dihadapi.
4.      Sikap mengandung aspek evaluative yang mana artinya mengandung nilai menyenangkan atau tidak menyenangkan, suka atau tidak suka. Pandangan ini dikemukakan oleh Bern (1970:14) dengan definisi yang sederhana : “attitude are likes and dislikes.”
5.      Sikap timbul dari pengalaman, tidak dibawa sejak lahir, tetapi merupakan hasil belajar. Karena itu Sikap dapat diperteguh atau diubah. Sikap dibentuk atau dipelajari sepanjang perkembangan dalam berinteraksi dengan objeknya. Pengalaman yang menyenangkan akan relative menimbulkan Sikap positif, sedangkan pengalaman yang diinterpretasikan sebagai hal yang tidak menyenangkan atau mendatangkan kerugian akan cenderung menumbuhkan Sikap yang negative.

A.    Domain Sikap
Bahasan mengenai Sikap, pastilah tidak terlepas dari bahasan mengenai domain atau unsur dari Sikap. Domain Sikap dapat dipahami sebagai dimensi atau unsur dari Sikap. Unsur ini memudahkan seseorang dalam melakukan pemahaman ataupun pengukuran terhadap Sikap.
a.      Komponen Kognitif
Mann (1969, dalam Azwar) menjelaskan bahwa komponen kognitif berisi persepsi, kepercayaan dan stereotype yang dimiliki individu mengai sesuatu. Seringkali komponen kognitif ini dapat disamakan dengan pandangan (opini), terutama apabila menyangkut masalah isu atau problem yang kontroversial.
Komponen kognitif, sebagaimana dijelaskan oleh Mann merupakan representasi atas apa yang dipercayai oleh individu pemilik Sikap atau dengan kata lain berisi kepercayaan seseorang mengenai apa yang berlaku atau apa yang benar dengan objek Sikap. Kepercayaan dating dari apa yang telah kita lihat atau apa yang telah kita ketahui. Berdasarkan apa yang kita lihat itu kemudian terbentuk suatu ide, gagasan mengenai sifat atau karakteristik umum suatu objek. Dari situ kemudian akan terbentuk suatu kepercayaan mengenai apa yang berlaku bagi objek Sikap. Sekali kepercayaan itu telah terbentuk, maka ia akan menjadi dasar pengetahuan seseorang mengenai apa yang dapat diharapkan dari objek tertentu. Tetapi, kepercayaan sebagai komponen kognitif tidak selalu akurat. Kadang-kadang kepercayaan itu terbentuk justru dikarenakan kurang atau tidak adanya informasi yang benar mengani objek yang dihadapi.
b.      Komponen Afektif
Komponen afektif merupakan perasaan individu terhadap objek Sikap dan menyangkut masalah emosi. Aspek emosional inilah yang biasanya berakar paling dalam sebagai komponen Sikap dan merupakan aspek yang paling bertahan terhadap pengaruh-pengaruh yang mungkin akan mengubah Sikap seseorang.
Pada umumnya, reaksi emosional yang merupakan komponen afektif ini banyak dipengaruhi oleh kepercayaan atau apa yang dipercayai sebagai benar dan berlaku bagi objek yang dimaksud.
c.       Komponen Psikomotor / Konasi
Komponen ini berisi tendensi atau kecenderungan untuk bertindak atau untuk bereaksi terhadap sesuatu dengan cara-cara tertentu. Komponen konatif merupakan kecenderungan berperilaku tertentu sesuai dengan Sikap yang dimiliki oleh seseorang. Pengertian kecenderungan berperilaku menunjukkan bahwa komponen konasi meliputi bentuk keinginan perilaku yang tidak dapat dilihat secara langsung, akan tetapi meliputi pula bentuk-bentuk perilaku yang berupa pernyataan atau perkataan yang diucapkan oleh seseorang.
            Dari ketiga domain Sikap di atas, ternyata ada beberapa perbedaan dalam menentukan domain dari Sikap. Perbedaan yang ada berkaitan dengan pertanyaan : Apakah ketiga domain/komponen Sikap di atas semuanya (secara keseluruhan) sebagai unsur Sikap, ataukah hanya beberapa unsur saja?.

Ada tiga kelompok besar dalam menjawab pertanyaan tersebut, yaitu :
1.      Yang pertama adalah Sikap terdiri dari satu factor. Tokoh yang memiliki pendapat ini adalah Thurstone, dia menganggap bahwa komponen Sikap hanya terdiri dari satu afeksi saja. Baginya Sikap seseorang terhadap objek Sikap adalah masalah suka atau tidak suka. Dan persoalan suka atau tidak suka ini merupakan wujud dari domain afeksi.
2.      Pendapat kedua adalah Sikap terdiri dari dua komponen. Tokoh yang berpendapat seperti ini adalah New Comb. Menurutnya Sikap adalah kesiapan kognisi dan konasi untuk bertingkah laku. Jadi Sikap terdiri dari komponen kognisi dan konasi saja. New Comb tidak memasukkan komponen afeksi.
3.      Kelompok ketiga adalah kelompok yang memandang bahwa bahwa Sikap terdiri dari tiga komponen, yaitu afeksi, konasi, dan kognisi. Dan ternyata kelompok ketiga inilah yang secara luas diyakini dan digunakan dalam berbagai penelitian. Dan seperti ada kesepakatan secara tidak tertulis diantara ahli psikologi bahwa komponen Sikap adalah afeksi, konasi, dan kognisi.

No comments:

Post a Comment