A. Pengertian
Sikap
Sikap memiliki banyak sekali
pengertian karena memang setiap tokoh yang mengemukakan pendapat yang berbeda
mengenai batasan dari Sikap. Sikap bisa diterjemahkan dengan tepat
sebagai
Sikap dan kesediaan beraksi terhadap suatu hal. Sikap senantiasa terarahkan kepada sesuatu hal, suatu objek. Tidak ada Sikap tanpa ada objeknya.
sumber : staypublichealth.blogspot.com
Sikap dan kesediaan beraksi terhadap suatu hal. Sikap senantiasa terarahkan kepada sesuatu hal, suatu objek. Tidak ada Sikap tanpa ada objeknya.
Secara umum Sikap memiliki karakteristik, yaitu :
1.
Organisasi
dari keyakinan, perasaan, dan kecenderungan perilaku terhadap objek-objek tertentu, kelompok, peristiwa,
ataupun symbol.
2.
Perasaan
atau penilaian yang bernilai baik maupun tidak baik/buruk, atau positive dan
negative, tentang seseorang, objek, atau isu.
Sikap mungkin terarah pada
benda-benda, orang-orang tetapi juga peristiwa-peristiwa, pemandangan-pemandangan,
lembaga-lembaga, norma-norma, nilai-nilai, dan lain sebagainya.
Dalam
satu kesempatan, manusia dapat mempunyai Sikap
terhadap bermacam-macam hal. Misalnya, bagi kaum Muslimin, daging babi adalah
haram, tidak disukai, dan dianggap kotor. Mungkin sekali seseorang yang
betul-betul berSikap demikian
apabila dikatakan bahwa ia sedang makan babi ia akan memuntahkannya. Ini adalah
contoh mengenai “attitude” terhadap makanan. Tetapi terhadap daging kambing
atau daging onta, kaum muslimin memiliki Sikap
yang positif. Karena tidak ada larangan terhadap kedua daging tersebut.
Sikap memiliki batasan yang beragam.
Beberapa tokoh memiliki sudut pandang atau penekanan yang tersendiri dalam
memberi batasan terhadap Sikap.
·
Sarlito (1994) : Sikap adalah kecenderungan untuk bertingkah laku.
·
Rokeach : Sikap adalah predisposisi untuk merespon atau bertingkah laku.
·
Eagly & Chaiken (1992) : attitude is a
psychological tendency that is expressed by evaluating a particular entity with
some degree of favor or disfavor.
·
Chaplin (2002) : Sikap merupakan satu predisposisi atau kecenderungan yang relative
stabil dan berlangsung terus menerus untuk bertingkah laku atau untuk mereaksi
dengan satu cara tertentu terhadap pribadi lain, objek, lembaga, atau persoalan
tertentu.
Dari definisi-definisi di atas
dapat kita simpulkan bahwa Sikap
(attitude) dapat diterjemahkan sebagai Sikap
terhadap objek tertentu yang dapat merupakan Sikap pandangan atau Sikap
perasaan, tetapi Sikap tersebut
disertai dengan kecenderungan untuk bertindak sesuai dengan Sikap objek studi.
A. Jenis-jenis
Sikap
Manusia
itu tidak dilahirkan dengan Sikap
pandangan ataupun Sikap perasaan
tertentu, tetapi Sikap-Sikap tersebut dibentuk sepanjang
perkembangannya. Peranan Sikap dalam
kehidupan manusia sangat besar, sebab apabila sudah dibentuk pada diri manusia,
maka Sikap-Sikap itu akan turut menentukan tingkah lakunya terhadap
objek-objek Sikapnya. Adanya Sikap-Sikap menyebabkan bahwa manusia akan bertindak secara khas terhadap
objek-objeknya.
Sikap dapat dibedakan ke dalam dua
jenis, yaitu Sikap social dan Sikap individu.
Sikap social menyebabkan terjadinya
cara-cara tingkah laku yang dinyatakan berulang-ulang terhadap suatu objek
social, dan biasanya Sikap social
dinyatakan tidak hanya oleh seseorang, tetapi juga oleh orang lain yang
sekelompok atau semasyarakat. Misalnya, perayaan-perayaan hari nasional seperti
upacara pada 17 Agustus, bagi bangsa Indonesia itu menunjukkan adanya Sikap tertentu dari bangsa kita
terhadap hari istimewa itu.
Lain
halnya dengan Sikap individu, Sikap individu terdiri atas kesukaan
dan ketidaksukaan pribadi atas objek, orang, binatang, dan hal-hal tertentu.
Kita lambat-laun mungkin memperoleh Sikap
suka atau tidak suka kepada seorang teman atau bahkan seorang pesaing, serta
terhadap peristiwa-peristiwa penting dalam kehidupan kita. Sikap-Sikap individu itu
turut pula dibentuk karena sifat-sifat pribadi kita sendiri.
A. Ciri-ciri
Sikap
Sikap adalah konsep yang paling
penting dalam psikologi social dan yang paling banyak didefinisikan. Ada yang
menganggap Sikap hanyalah sejenis
motif sosiogenis yang diperoleh melalui proses belajar (Sherif dan Sherif,
1956:489). Ada pula yang melihat Sikap
sebagai kesiapan saraf (neural settings) sebelum memberikan respons (Allport,
1924). Dari berbagai definisi tersebut kita dapat menyimpulkan beberapa hal.
1.
Sikap adalah kecenderungan bertindak,
berpersepsi, berpikir, dan merasa dalam menghadapi objek, ide, situasi, atau
nilai. Sikap bukan perilaku, tetapi
merupakan kecenderungan untuk berperilaku dengan cara-cara tertentu terhadap
objek. Sikap masih berbentuk laten.
Bila sudah dapat diamati atau diindera, maka hal tersebut bukan Sikap tetapi sudah menjadi perilaku.
Objek Sikap boleh berupa benda,
orang, tempat, gagasan atau situasi, serta kelompok. Jadi, pada kenyataannya
tidak ada istilah Sikap yang berdiri
sendiri. Sikap haruslah diikuti oleh
kata “terhadap” atau “pada” objek Sikap.
Bila ada orang yang berkata “Sikap
saya positif”, kita harus mempertanyakan “Sikap
terhadap apa atau siapa?”
2.
Sikap mempunyai daya pendorong atau
motivasi. Sikap bukan sekadar
rekaman masa lalu, tetapi juga menentukan apakah orang harus pro atau kontra
terhadap sesuatu. Sikap membantu
menentukan apa yang disukai, diharapkan, dan diinginkan. Sikap juga mengesampingkan apa yang tidak diinginkan, apa yang
harus dihindari (Sherif dan Sherif, 1956:489). Bila Sikap seseorang positif terhadap ilmu, maka orang tersebut akan
setuju pada proyek-proyek pengembangan ilmu, berharap agar orang lain
menghargai ilmu, dan kemungkinan akan menghindari orang-orang yang meremehkan
ilmu.
3.
Sikap relative mudah berubah, karena Sikap adalah hal yang dapat dipelajari
atau bahkan sebaliknya. Sikap bisa
dipelajari sehingga dapat berubah pada seseorang bila terdapat keadaan-keadaan
dan syarat-syarat tertentu yang mempermudah berubahnya. Walaupun secara umum Sikap relative mudah berubah, untuk
objek yang khusus (spesifik) ternyata Sikap
relative cenderung agak menetap. Berbagai studi menunjukkan bahwa Sikap politik suatu kelompok cenderung
dipertahankan dan jarang mengalami perubahan. Tetapi bisa dibandingkan bila
dengan trait. Sikap tentunya jauh
kurang menetap bila dibandingkan dengan kepribadian/trait. Sikap lebih cenderung untuk menyesuaikan dengan situasi yang
dihadapi.
4.
Sikap mengandung aspek evaluative yang
mana artinya mengandung nilai menyenangkan atau tidak menyenangkan, suka atau
tidak suka. Pandangan ini dikemukakan oleh Bern (1970:14) dengan definisi yang
sederhana : “attitude are likes and dislikes.”
5.
Sikap timbul dari pengalaman, tidak
dibawa sejak lahir, tetapi merupakan hasil belajar. Karena itu Sikap dapat diperteguh atau diubah. Sikap dibentuk atau dipelajari
sepanjang perkembangan dalam berinteraksi dengan objeknya. Pengalaman yang
menyenangkan akan relative menimbulkan Sikap
positif, sedangkan pengalaman yang diinterpretasikan sebagai hal yang tidak
menyenangkan atau mendatangkan kerugian akan cenderung menumbuhkan Sikap yang negative.
A. Domain Sikap
Bahasan
mengenai Sikap, pastilah tidak
terlepas dari bahasan mengenai domain atau unsur dari Sikap. Domain Sikap
dapat dipahami sebagai dimensi atau unsur dari Sikap. Unsur ini memudahkan seseorang dalam melakukan pemahaman
ataupun pengukuran terhadap Sikap.
a. Komponen Kognitif
Mann (1969, dalam Azwar) menjelaskan bahwa komponen kognitif
berisi persepsi, kepercayaan dan stereotype yang dimiliki individu mengai
sesuatu. Seringkali komponen kognitif ini dapat disamakan dengan pandangan
(opini), terutama apabila menyangkut masalah isu atau problem yang
kontroversial.
Komponen kognitif, sebagaimana dijelaskan oleh Mann
merupakan representasi atas apa yang dipercayai oleh individu pemilik Sikap atau dengan kata lain berisi
kepercayaan seseorang mengenai apa yang berlaku atau apa yang benar dengan
objek Sikap. Kepercayaan dating dari
apa yang telah kita lihat atau apa yang telah kita ketahui. Berdasarkan apa
yang kita lihat itu kemudian terbentuk suatu ide, gagasan mengenai sifat atau
karakteristik umum suatu objek. Dari situ kemudian akan terbentuk suatu
kepercayaan mengenai apa yang berlaku bagi objek Sikap. Sekali kepercayaan itu telah terbentuk, maka ia akan menjadi
dasar pengetahuan seseorang mengenai apa yang dapat diharapkan dari objek
tertentu. Tetapi, kepercayaan sebagai komponen kognitif tidak selalu akurat.
Kadang-kadang kepercayaan itu terbentuk justru dikarenakan kurang atau tidak
adanya informasi yang benar mengani objek yang dihadapi.
b. Komponen Afektif
Komponen afektif merupakan perasaan individu terhadap objek Sikap dan menyangkut masalah emosi.
Aspek emosional inilah yang biasanya berakar paling dalam sebagai komponen Sikap dan merupakan aspek yang paling
bertahan terhadap pengaruh-pengaruh yang mungkin akan mengubah Sikap seseorang.
Pada umumnya, reaksi emosional yang merupakan komponen
afektif ini banyak dipengaruhi oleh kepercayaan atau apa yang dipercayai
sebagai benar dan berlaku bagi objek yang dimaksud.
c. Komponen Psikomotor / Konasi
Komponen ini berisi tendensi atau kecenderungan untuk
bertindak atau untuk bereaksi terhadap sesuatu dengan cara-cara tertentu.
Komponen konatif merupakan kecenderungan berperilaku tertentu sesuai dengan Sikap yang dimiliki oleh seseorang.
Pengertian kecenderungan berperilaku menunjukkan bahwa komponen konasi meliputi
bentuk keinginan perilaku yang tidak dapat dilihat secara langsung, akan tetapi
meliputi pula bentuk-bentuk perilaku yang berupa pernyataan atau perkataan yang
diucapkan oleh seseorang.
Dari
ketiga domain Sikap di atas,
ternyata ada beberapa perbedaan dalam menentukan domain dari Sikap. Perbedaan yang ada berkaitan
dengan pertanyaan : Apakah ketiga domain/komponen Sikap di atas semuanya (secara keseluruhan) sebagai unsur Sikap, ataukah hanya beberapa unsur
saja?.
Ada tiga kelompok besar dalam
menjawab pertanyaan tersebut, yaitu :
1.
Yang pertama adalah Sikap terdiri dari satu factor. Tokoh yang memiliki pendapat ini
adalah Thurstone, dia menganggap bahwa komponen Sikap hanya terdiri dari satu afeksi saja. Baginya Sikap seseorang terhadap objek Sikap adalah masalah suka atau tidak
suka. Dan persoalan suka atau tidak suka ini merupakan wujud dari domain
afeksi.
2.
Pendapat kedua adalah Sikap terdiri dari dua komponen. Tokoh yang berpendapat seperti ini
adalah New Comb. Menurutnya Sikap
adalah kesiapan kognisi dan konasi untuk bertingkah laku. Jadi Sikap terdiri dari komponen kognisi dan
konasi saja. New Comb tidak memasukkan komponen afeksi.
3.
Kelompok ketiga adalah kelompok yang memandang bahwa
bahwa Sikap terdiri dari tiga
komponen, yaitu afeksi, konasi, dan kognisi. Dan ternyata kelompok ketiga
inilah yang secara luas diyakini dan digunakan dalam berbagai penelitian. Dan
seperti ada kesepakatan secara tidak tertulis diantara ahli psikologi bahwa
komponen Sikap adalah afeksi,
konasi, dan kognisi.
No comments:
Post a Comment