Thursday 16 June 2016

Psikologi Pendidikan : Faktor Yang Mempengaruhi Belajar

I.                   Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar
Untuk memahami kegiatan yang disebut “belajar”, perlu dilakukan analisis untuk menemukan persoalan-persoalan apa yang terlibat di dalam kegiatan belajar itu. Di awal telah dikatakan bahwa belajar merupakan suatu proses. Sebagai suatu proses sudah barang tentu harus ada yang diproses (masukan
atau input), dan hasil dari pemrosesan (keluaran/output). Jadi dalam hal ini kita dapat menganalisis kegiatan belajar itu dengan pendekatanan analisis sistem. Dengan pendekatan sistem ini, sekaligus kita dapat melihat adanya berbagai faktor yang dapat memengaruhi proses dan hasil belajar. Dengan pendekatan sistem, kegiatan belajar dapat digambarkan sebagai berikut :
Gambar dibawah menunjukkan bahwa masukan mentah (raw input) merupakan bahan baku yang perlu diolah, dalam hal ini diberi pengalaman belajar tertentu dalam proses belajar-mengajar (teaching-learning process). Terhadap/di dalam proses belajar-mengajar itu turut berpengaruh pula sejumlah faktor lingkungan yang merupakan masukan lingkungan (environmental input), dan berfungsi sejumlah faktor yang sengaja dirancang dan dimanipulasikan (instrumental input) guna menunjang tercapainya keluaran yang dikehendaki (output). Berbagai faktor tersebut berinteraksi satu sama lain dalam menghasilkan keluaran tertentu.


Psikologi Pendidikan : Faktor Yang Mempengaruhi Belajar


Di dalam proses belajar-mengajar di sekolah, maka yang dimaksud masukan mentah atau raw input adalah siswa sebagai raw input siswa memiliki karakteristik tertentu, baik fisiologis maupun psikologis. Mengenai fisiologis ialah bagaimana kondisi fisiknya, panca inderanya, dan sebaginya. Sedangkan yang menyangkut psikologisnya adalah : minatnya, tingkat kecerdasannya, bakatnya, motivasinya, kemampuan kognitifnya, dan sebagainya. Semua ini dapat mempengaruhi bagaimana proses dan hasil belajarnya.
Adapun faktor-faktor itu, dapat kita bedakan menjadi dua golongan :
a.       Faktor yang ada pada diri itu sendiri yang kita sebut faktor individual (faktor internal)
b.      Faktor yang ada di luar individu yang kita sebut faktor sosial (faktor eksternal)
Yang termasuk ke dalam faktor faktor sosial antara lain faktor keluarga/keadaan rumah tangga, guru dan cara mengajarnya, alat-lat yang dipergunakan dalam belajar-mengajar, lingkungan dan kesempatan yang tersedia, dan motivasi sosial. Sedangkan faktor yang ada pada individu itu sendiri (faktor internal) diantaranya yaitu faktor psikologis dan fisiologis.
Yang termasuk instrumental input atau faktor-faktor yang disengaja dirancang dan dimanipulasikan adalah : kurikulum atau bahan pelajaran, guru yang memberikan pengajaran, sarana dan fasilitas, serta manajemen yang berlaku di sekolah yang bersangkutan. Di dalam keseluruhan sistem maka instrumental input merupakan faktor yang sangat penting pula dan paling menentukan dalam pencapaian hasil/output yang dikehendaki, akrena instrumental input inilah yang menentukan bagaimana proses belajar-mengajar itu akan terjadi di dalam diri si pelajar.
Di samping itu, masih ada lagi faktor lain yang dapat mempengaruhi proses dan hasil belajar pada setiap orang dapat diikhtisarkan sebagai berikut :


Psikologi Pendidikan : Faktor Yang Mempengaruhi Belajar
I.                   Faktor- Faktor Internal Yang Mempengaruhi Belajar
KONDISI FISIOLOGI
Kondisi fisiologis pada umumnya sangat berpengaruh terhadap kemampuan belajar seseorang. Orang yang dalam keadaan segar jasmaninya akan berlainan belajarnya dengan orang yang dalam keadaan kelelahan. Anak-anak yang kekurangan gizi ternyata kemampuan belajarnya di bawah anak-anak yang tidak kekurangan gizi; orang yang kekurangan gizi itu lebih cepat lelah, mudah mengantuk, dan sukar menerima pelajaran. Demikian yang tadi itu merupakan pendapat Noehi Nasution, dkk. (1993: 6).
Selain itu, menurut Noehi, hal yang tidak kalah pentingnya adalah kondisi panca indera (mata, hidung, pengecap, telinga, dan tubuh), terutama mata sebagai alat untuk melihat dan telinga sebagai alat untuk mendengar. Sebagian besar yang dipelajari manusia, yang belajar berlangsung dengan membaca, melihat contoh atau model, melakukan observasi, mengamati hasil-hasil eksperimen, mendengarkan keterangan guru, mendengarkan ceramah, mendengarkan keterangan orang lain dalam diskusi dan sebagainya. Karena pentingnya peranan penglihatan dan pendengaran ini lah maka lingkungan pendidikan rormal orang melakukan penelitian untuk menemukan bentuk dan cara penggunaan alat peraga yang dapat dilihat dan didengar.
Aspek fisologis ini mempengaruhi pengelolaan kelas. Pengajaran dengan pola klasikal perlu memperhatikan tinggi rendahnya postur tubuh anak didik. Postur tubuh anak didik yang tinggi sebaiknya di tempatkan di belakang anak didik yang bertubuh pendek. Hal ini dimaksudkan agar pandangan anak didik yang ke papan tulis tidak terhalang oleh anak didik yang bertubuh tinggi. Anak didik yang berjenis kelamin sama ditempatkan pada kelompok anak  didik sejenis. Demikian juga anak didik yang perempuan, dikelompokkan pada kelompok sejenis. Pola pengelompokan yang demikian ini sangat baik dalam pandangan moral dan agama. Tetapi yang lebih penting adalah untuk menekan gejolak nafsu birahi untuk anak didik yang sedang beranjak ke usia remaja, di mana masa ini termasuk pancaroba, penuh dengan letupan-letupan emosional yang cenderung tak terkendali.
Tinjauan fisiologis adalah kebijakan yang pasti tak bisa diabaikan dalam penentuan besar kecilnya, tinggi rendahnya kursi dan meja sebagai perangkat tempat duduk anak didik dalam menerima pelajaran dari guru di kelas. Perangklat tempat duduk ini mempengaruhi kenyamanan dan kemudahan anak didik yang sedang menerima pelajaran di kelas. Dan berdampak langsung terhadap tingkat konsentrasi anak didik dalam rentangan tertentu. Anak didik akan betah duduk berlama-lama di tempat duduknya bila sesuai dengan postur tubuhnya. Coba bandingkan bagaimana rasanya ketika anak remaja yang menduduki tempat duduk yang diperuntukan untuk anak didik di sekolah taman kanak-kanak. Tentu saja kursi yang kecil itu akan menyulitkan orang yang mendudukinya dan tentu saja akan memperkecil konsentrasi dalam belajar.Berikut ini merupakan faktor yang termasuk aspek fisiologis yang mempengaruhi belajar.
·         Kematangan atau pertumbuhan
Kita tidak dapat melatih anak yang baru berumur 6 bulan untuk belajar berjalan. Andaipun kita paksa, tetap anak itu tidak akan dapat/sanggup melakukannya, karena untuk dapat berjalan anak memerlukan kematangan potensi-potensi jasmaniah maupun rohaniahnya.
Anak umur 6 bulan otot-otot dan tulang-tulangnya masih lemah, berat badan dan kekuatan tenaganya belum ada keseimbangan yang harmonis, keberanian untuk mencoba-coba belum ada.
Kematangan dicapai oleh individu dari proses pertumbuhan fisiologisnya. Kematangan terjadi akibat adanya perubahan-perubahan kuantitatif di dalam struktur jasmani dibarengi dengan perubahan-perubahan kualitatif terhadap struktur tersebut. Kematangan memberikan kondisi dimana fungsi-fungsi fisiologis termasuk sistem saraf dan fungsi otak menjadi berkembang. Dengan berkembangnya fungsi-fungsi otak dan sistem saraf, hal ini akan menumbuhkan kapasitas mental seseorang dan mempengaruhi hal belajar seseorang itu.
Demikian pula, kita tidak dapat mengajar ilmu pasti kepada anak kelas tiga sekolah dasar, atau mengajar ilmu filsafat kepada anak-anak yang baru duduk di bangku sekolah menengah pertama. Semua itu disebabkan pertumbuhan mentalnya belum matang untuk menerima pelajaran itu. Mengajarkan sesuatu baru dapat berhasil jika tarap pertumbuhan pribadi telah memungkinkannya; potensi-potensi jasmani atau rohaninya telah matang untuk itu.
·         Kondisi Kesehatan Jasmani dan Rohani
Orang yang belajar membutuhkan kondisi badan yang sehat. Orang yang badannya sakit akibat penyakit-penyakit tertentu serta kelelahan tidak akan dapat belajar dengan efektif. Cacat fisik juga mengganggu hal belajar. Gangguan serta cacat mental pada seseorang sangat mengganggu hal belajar orang yang bersangkutan. Bagaimana orang dapat belajar dengan baik apabila ia sakit ingatan, sedih, frustasi, atau putus asa.

No comments:

Post a Comment