TEORI PERKEMBANGAN PSIKOSOSIAL
ERIK H. ERIKSON
sumber : google.com
Teori perkembangan psikososial
menjelaskan bahwa setiap manusia mulai dari lahir hingga menjelang maut
memiliki tugas perkembangan. Dimana bila tugas perkembangan ini tidak
terselesaikan akan menimbulkan perilaku-perilaku yang tidak diinginkan. Sebaliknya,
selesainya tugas perkembangan tiap rentang umur seseorang akan menunjukan
kematangan individu dan berperilaku sesuai yang diharapkan.
Teori perkembangan psikososial
dipelopori oleh Erik H. Erikson. Teori perkembangan psikososial merupakan
kepanjangan atau dipengaruhi oleh teori psikoseksual yang dipelopori oleh
Sigmund Freud. Walau demikian, dalam teori perkembangan psikososial yang
diterangkan oleh Erikson ada teori Freud yang diserap dan ada juga yang
dikembangkan. Adapun yang diserap oleh Erikson dalam teori perkembangan
psikososial dari teori psikoseksual Freud sebagai berikut :
·
Struktur psikologis, unconscious dan conscious.
·
Psikosexsual stage
·
Kontinum normal – abnormal
·
Metodologi psikoanalisis
Dan yang dikembangkan dalam teori
psikososial dari teori psikoseksual dari Freud adalah sebagai berikut :
·
8 tahap psikososial ( rentang hidup )
·
Perkembangan identitas
·
Mengembangkan metodologi psikoanalisis.
Dalam membuat teori sudah
seharusnya dilandasi oleh asumsi dasar. Begitu pula teori psikososial yang
dipelopori oleh Erik H.Erikson. Asumsi
dasar munculnya teori perkembangan psikososial yang diterangkan oleh Erikson
adalah :
·
perkembangan kepribadian manusia terjadi
sepanjang rentang kehidupan
·
perkembangan kepribadian manusia dipengaruhi oleh
interaksi sosial—hubungan dengan orang lain
· perkembangan kepribadian manusia ditentukan oleh
keberhasilan atau kegagalan seseorang mengatasi krisis yang terjadi pada setiap
tahapan sepanjang rentang kehidupan.
8
TAHAP PERKEMBANGAN PSIKOSOSIAL MENURUT
ERIK H. ERIKSON
a.
Trust vs mistrust -- bayi (lahir – 12
bulan)
·
Indikator positif : belajar percaya pada orang
lain
·
Indikator negatif : tidak percaya, menarik diri
dari lingkungan masyarakat, pengasingan.
·
Pemenuhan kepuasan untuk makan dan mengisap,
rasa hangat dan nyaman, cinta dan rasa aman akan menghasilkan kepercayaan pada
anak. Akan tetapi pada saat kebutuhan dasar tidak terpenuhi secara adekuat maka
bayi menjadi curiga, penuh rasa takut, dan tidak percaya. Hal ini ditandai
dengan perilaku makan, tidur yang buruk.
b.
Otonomi vs ragu-ragu dan malu (autonomy
vs shame & doubt) -- todler (1-3 tahun)
·
Indikator positif : kontrol diri tanpa
kehilangan harga diri
·
Indikator negatif : terpaksa membatasi diri atau
terpaksa mengalah
· Anak mulai mengembangkan kemandirian membuka dan
memakai baju, berjalan, mengambil, makan sendiri, dan ke toilet. Pada tahap ini
juga mulai terbentuk kontrol diri pada anak.
· Hal yang seharusya diperhatikan oleh orang tua
adalah kemandirian toddler. Dimana jika kemandirian todler tidak didukung oleh
orang tua, mungkin anak memiliki kepribadian yang ragu-ragu dan jika anak
dibuat merasa buruk pada saat melakukan kegagalan, anak akan menjadi pemalu.
c.
Inisiatif vs merasa bersalah (initiative
vs guilt) -- pra sekolah ( 3-6 tahun)
· Indikator positif : mempelajari tingkat
ketegasan dan tujuan mempengaruhi lingkungan. Mulai mengevaluasi kebiasaan
(perilaku) diri sendiri.
· Indikator negatif : kurang percaya diri,
pesimis, takut salah. Pembatasan dan kontrol yang berlebihan terhadap aktivitas
pribadi
· Inisiatif, mencoba hal-hal baru, perilaku kuat,
imajinatif dan intrusif, perkembangan perasaan bersalah dan identifikasi dengan
orang tua yang berjenis kelamin sama.
· Pembatasan dan mencegah anak akan berdampak pada
perkembangan inisiatif anak. Rasa bersalah mungkin muncul pada saat melakukan
aktivitas yang berlawanan dengan orang tua akibat dari pembatasan dan
pencegahan itu. Pada tahap ini juga anak perlu belajar untuk memulai aktivitas
tanpa merusak hak-hak orang lain.
d.
Industri vs inferior (industry vs
inferiority) -- usia sekolah (6-12 tahun)
·
Indikator positif : mulai kreatif, berkembang,
manipulasi. Membangun rasa bersaing dan ketekunan.
·
Indikator negatif : hilang harapan, merasa cukup,
menarik diri dari sekolah dan teman sebaya.
· Pada tahap ini anak mendapatkan pengenalan
melalui demonstrasi ketrampilan dan produksi benda-benda serta mengembangkan
harga diri melalui pencapaian. Pada tahap ini juga anak sangat dipengaruhi oleh
guru dan sekolah.
· Perasaan inferior terjadi pada saat orang dewasa
memandang usaha anak untuk belajar bagaimana sesuatu bekerja melalui menipulasi
adalah sesuatu yang bodoh atau merupakan masalah tang menyebabkan ketidaksuksesan anak di sekolah,
ketidaksuksesan dalam perkembangan ketrampilan fisik dan mencari teman.
e.
Identitas vs bingung peran (identity vs
role confusion) -- remaja (12 - 18 tahun)
·
Indikator positif : menghubungkan sesuatu dengan
perasaan diri, merencanakan aktualisasi diri
·
Indikator negatif : kebingungan, ragu-ragu, dan
tidak mampu menemukan identitas diri
·
Individu mengembangkan penyatuan rasa “ diri
sendiri”.
·
Teman sebaya mempunyai pengaruh yang kuat
terhadap perilaku.
·
Kegagalan untuk mengembangkan rasa identitas menyebabkan kebingungan peran, yang sering
muncul dari perasaan tidak adekuat, isolasi dan keragu-raguan.
f.
Intimasi vs isolasi (intimacy vs
isolation) – dewasa muda (18-25 sampai 45 tahun)
·
indikator positif : berhubungan intim (erat)
dengan orang lain. Mempunyai komitmen dalam bekerja dan berhubungan dengan
orang lain.
·
Indikator negatif : menghindari suatu hubungan,
komitmen gaya hidup atau karir
· Pada tahap ini individu mengembangkan kedekatan
dan berbagi hubungan dengan orang lain, yang mungkin termasuk pasangan seksual.
Ketidakpastian individu mengenai diri sendiri akan mempunyai kesulitan
mengembangkan keintiman. Seseorang yang tidak bersedia atau tidak mampu berbagi
mengenai diri sendiri, akan merasa sendiri.
g.
Generativitas vs stagnasi atau absorpsi
diri – dewasa tengah (45 – 65 tahun)
·
indikator positif : kreatifitas, produktivitas
dan perhatian dengan orang lain
·
indikator negatif : perhatian terhadap diri
sendiri, kurang merasa nyaman
· Orang dewasa memikirkan bagaimana membimbing
generasi selanjutny serta mengekspresikan kepedulian pada dunia di masa yang
akan dating. Absorpsi diri orang dewasa akan direnungkan dengan kesejahteraan
pribadi dan peningkatan materi, perenungan diri sendiri mengarah pada stagnasi
kehidupan.
h.
Integritas ego vs putus asa -- dewasa
akhir (65 tahun keatas)
indikator positif : penerimaan
kehidupan pribadi sebagai sesuatu yang berharga dan unik. Siap menerima
kematian
indikator negatif : perasaan
kehilangan, jijik terhadap orang lain.
Masa lansia dapat melihat ke
belakang dengan rasa puas dan penerimaan hidup serta kematian. Resolusi
(pencapaian) yang tidak berhasil dalam krisis ini bisa menghasilkan perasaan
putus asa karena individu melihat kehidupan sebagai bagian dari
ketidakberuntungan, kekecewaan dan kegagalan.
Evaluasi teori
Keunggulan
•
Pengembangan teori psikoanalis
•
Mampu mengintegrasikan sejumlah besar situasi
berdasarkan kehidupan sehari-hari.
Kelemahan
•
Tidak menjelaskan bagamana seorang anak maju
dari satu tahap ke tahap berikutnya dan bagamana ia menghadapi krisis pada
tahap itu.
No comments:
Post a Comment